56. ANGGARA

1K 59 1
                                    

"SAMUDRA!"

Tinggal dua jengkal lagi, balok kayu itu mengenai bagian belakang kepala Gara. Bahkan cowok itu sudah menutup kedua matanya, bersiap menerima hantaman keras yang mungkin akan membuatnya tumbang lalu mati dalam beberapa saat.

Gerakan tangan Samudra tertahan karena pekikan Audrey, napas cowok itu memburu diselimuti amarah yang sudah meluap-luap. Mata tajamnya menyorot pada sosok Gara yang kini menundukkan kepala, seolah pasrah dengan nasibnya yang kini berada di tangan De Leon setelah memilih menyerahkan diri.

Perhatian Samudra teralih pada Audrey yang masih pada posisi jatuhnya, cewek itu menggeleng, membuat niat Samudra goyah. Air mata mengalir dari sudut mata Audrey, memberi satu pukulan telak pada diri Samudra yang butuh waktu lama untuk melakukan ini.

"Jangan, Samudra."

"Kenapa berhenti?" Baron bertanya di belakang Samudra. "Bukannya lo mau balas dendam?"

"Udah sejauh ini dan lo mau lolosin dia gitu aja? Nggak ingat sama sumpah serapah lo ke dia selama ini?" Regan menambahi.

"Penakut."

Genggaman tangan Samudra pada balok kayu itu menguat, kata-kata Regan dan Baron berhasil menyulut nyala api amarahnya yang sempat meredup karena pekikan Audrey.

"Lo harus mati," kata Samudra penuh kebencian. "Lo harus mati supaya Geri bisa tenang di sana!"

"Jangan bodoh, Samudra!" Audrey memekik lagi, lalu meringis merasakan sakit di punggungnya. "Berhenti sampai sini gue bilang."

"Drey...."

"Lo kenapa, sih?"

"LO KENAPA JADI BEGINI, SAMUDRA?!"

"DIAM LO!" sentak Samudra, murka karena Audrey membuatnya bimbang. Sudah lama Samudra menunggu hari ini, dan sekarang saatnya membalas apa yang ia pendam selama dua tahun, juga membalas kejadian yang merenggut nyawa sahabatnya.

Audrey terdiam, tubuhnya seperti disengat listrik selama sedetik. Samudra membentaknya untuk pertama kali, raut wajah marah itu sukses membuat Audrey membeku di tempatnya. Air mata mengalir tanpa bisa Audrey kendalikan, hingga Samudra memiling memalingkan wajahnya.

"Gue tau lo nggak akan pernah bisa ngebalas dendam Geri ke orang ini," kata Samudra tanpa menatap Audrey. "Sejak lo cerita soal dia, gue udah yakin lo akan kalah."

Pandangan Audrey turun. Jadi, selama ini Samudra meragukannya?

"Tapi gue nggak akan setuju kalau lo memilih untuk maafin dia. Gue nggak akan biarin Geri mati sia-sia sementara cowok ini hidup tenang!"

"Makanya, habisin dia sekarang." Baron mengompori.

Tidak mendengarkaj cowok itu, Samudra malah mendekat pada Audrey. Ia melepaskan ikatan di tangan Audrey yang berlumuran darah. Bukan darahnya, tapi mereka sengaja memakai darah untuk menghentikan Audrey yang terus memberontak.

PLAK!

Tamparan keras mendarat di pipi kiri Samudra begitu Audrey bebas dan langsung duduk. Dengan keadaan selemah ini, Audrey masih bisa membuat bekas merah dengan satu tamparan itu.

"Sadar lo!" bentak Audrey. "Supaya Geri tenang di sana? Gila lo, Sam?"

"Lo nggak tau apa-apa, Audrey."

"Lo yang nggak tau apa-apa!" balas Audrey, emosinya ikut terpancing karena Samudra bebal.

Samudra malah tertawa pelan, membuat kening Audrey berkerut. Audrey menggeleng pelan. Bukan, ini bukan Samudra yang ia kenal.

Sejak kapan Samudra jadi seperti ini?

Tangan Samudra teluruh, mengusap pipi Audrey pelan. "Lo diam aja di sini, ya, gue yang urus sisanya."

ANGGARA [SELESAI]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang