"Jadi Gara cerita semua itu ke lo?"
Audrey mengangguk untuk menjawab pertanyaan Cecil, sampai sekarang ia juga heran kenapa Gara menceritakan kejadian yang membuatnya trauma.
Bukankah berarti Gara sedang mengungkap kelemahannya?
"Kenapa, ya?" Cecil mengetuk dagunya. "Gue herannya, seorang Brasthan Anggara ngebongkar rahasianya sendiri ke orang lain-- atau bukan?"
Audrey menatap Cecil dengan raut tidak mengerti.
"Bisa jadi karena Gara percaya sama lo, makanya dia cerita," kata Cecil. "Lo sendiri kenapa mau dengerin cerita Gara? Bukannya lo nggak suka basa-basi apalagi sama si ketua Brasthunder itu?"
Cecil menyipitkan matanya, menatap Audrey menyelidik. Di samping cewek itu, Ganis berdiri dengan tangan terlipat di depan badan.
"Gue dengar juga seharian itu lo sama Gara, makanya tiba-tiba nggak masuk kelas. Iya, kan?" Ganis ikut bertanya, membuat Audrey merasa dipojokkan.
"Maksud kalian nanya itu semua apa, sih? Gue nggak ngerti." Audrey menggeleng dengan tampang bingung.
Cecil dan Ganis bertatapan, lalu dua cewek itu menghela napas. Membiarkan Audrey yang kebingungan di depan mereka.
"Lo ini peka dikit kek jadi cewek!" suara Cecil meninggi, seperti sedang kesal. Cecil berkacak pinggang. "Ngaku, lo khawatir, kan, sama Gara? Kalut kan waktu dengar dia masuk rumah sakit?"
Audrey tidak langsung menjawab, ia menatap Cecil dan Ganis bergantian. Lalu menunduk menatap lantai, pertanyaan Cecil terputar beberapa kali di kepalanya.
"Lo suka sama Gara, Drey?"
...
...
...
...
..."Ngaco!" sangkal Bagas, lalu menatap Gara sambil menggeleng. "Ga, lo nggak setuju sama Benua, kan? Mana mungkin Audrey suka sama lo, ngelihat lo aja langsung naik darah dia!"
Bagas tertawa hingga suaranya menggema di dalam ruang bawah tanah rumah Gara ini. Tapi melihat teman-temannya diam saja, tawa Bagas perlahan mereda. Cowok itu berdehem.
"Ga, beneran?" tanya Bagas, penasaran.
"Masa kurang jelas, Gas? Lo katanya paling peka masalah cewek tapi masalah sekecil ini aja lo nggak paham!" ujar Bobby, cowok itu duduk bersila di atas sofa sambil memeluk setoples kripik ubi ungu.
Gara memukul samsak di depannya. Cowok itu mendengarkan semua perkataan Benua tentang Audrey dan tidak bisa menyangkal sama sekali.
"Ya, kan, ini Audrey. Dia beda dari kebanyakan cewek!" Bagas membuat pembelaan. "Menurut lo gimana, Ling? Diem-diem aja, chat sama siapa sih?"
Bagas berusaha mengintip layar ponsel Lingga namun malah mendapat tampolan di pipi dengan tenaga yang bisa dibilang tidak main-main, cowok itu hampir kejengkang.
"Kasar banget lo sama gue!" protes Bagas.
"Lagian lo udah tau Lingga begitu masih aja diganggu," komentar Benua, lalu melirik Lingga. "Lagi kasmaran tuh."
Lingga melirik Benua tapi hanya direspons tawa kecil, lalu ia kembali menunduk menatap ponsel sebelum mematikan benda itu.
"Bener," ujar Lingga tiba-tiba. "Dan Gara juga suka sama Audrey, jadian aja."
Gerakan tangan Gara tertahan, berhenti di udara padahal beberapa senti lagi menyentuh samsak yang masih bergoyang.
Bobby mangap namun tidak segera memasukkan kripik ubi ke mulutnya. Bagas yang baru beranjak hampir jatuh lagi dari sofa karena perkataan Lingga barusan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGGARA [SELESAI]✔
Teen FictionGara benci ditentang dan dihalangi, tapi ada satu cewek yang tiba-tiba dengan berani menentangnya. Berbagai masalah muncul dan mengharuskan mereka terus terlibat. Apakah rasa benci Gara akan berubah? Sebenarnya siapa cewek itu? Kenapa begitu membenc...