"Jadi mau apa?" tanya Gara, menghampiri Audrey yang baru selesai makan.
Mereka berdua dan juga teman-teman yang datang untuk menonton, mampir ke rumah makan setelah pertandingan berakhir. Gara bilang akan membayar makanan mereka sebagai ucapan terima kasih karena sudah meluangkan waktu dan memberi dukungan.
"Apa?" tanya Audrey balik.
"Lo mau apa? Sesuai kesepakatan, hari ini semua yang lo mau akan gue turuti. Asal jangan minta gue bubarin Brasthunder. Ribut sampai tepar aja kita berdua kalau lo minta yang satu itu."
Audrey tidak langsung menjawab, padahal ada satu permintaan yang terbesit di benaknya, ia ragu apakah Gara akan menyetujui permintaan itu.
Melihat raut bimbang Audrey, Gara menepuk pundak cewek itu. "Gue bilang apa pun, segila apa pun permintaan lo, kecuali menyangkut Brasthunder, gue usahain akan lo dapat."
"Serius?" tanya Audrey, Gara membalasnya dengan anggukan mantap.
Butuh beberapa saat sampai Audrey memilih mengatakan, "Gue mau ketemu Samudra."
***
Gara dan Audrey sampai di tempat yang bisa membawa mereka bertemu dengan Samudra. Kantor Polisi.
Melihat ke mana Gara membawanya, Audrey sudah mengerti maksud cowok itu. Kepala Audrey mendongak, menatap tulisan pada papan di depan gedung yang mereka datangi.
"Hari ini Samudra keluar dari rumah sakit dan langsung dijemput sama polisi," kata Gara.
Audrey mengangguk. Mereka melangkah beriringan menuju gedung itu. Dari arah pintu, muncul Benua dengan wajah lelahnya. Sejak tadi cowok itu memang tidak terlihat padahal teman-temannya ikut nonton pertandingan antara Gara dan Audrey.
"Ga, Drey, kebetulan kalian datang," sambut Benua.
"Iya, emang mau datang. Audrey mau ketemu Samudra."
"Lo ngapain di sini, Ben?" tanya Audrey.
"Nemenin Samudra, gue yang urus masalah ini, termasuk keterlibatan Samudra," jawab Benua.
Perkataan Benua membuat Audrey tersenyum. "Sekali lagi, gue berterima kasih, lo udah bantu banyak menyangkut Samudra."
"Udah jadi tanggung jawab gue," jawab Benua, juga membalas senyum Audrey.
"Samudra bisa ditemui?"
"Belum. Dia masih diperiksa. Nanti sekitar jam enam mungkin boleh." Benua melihat jam tangannya. "Setengah jam lagi."
"Ga, tunggu bentar, ya?" mohon Audrey.
"Iya, ayo tunggu di sana. Habis ini magrib, sekalian jamaah di masjid itu."
Audrey mengangguk setuju, sementara Benua menepuk pundak Gara dan berbisik.
"Ada, masih nunggu lo kali," jawab Gara.
Benua tersenyum. "Kalau gitu gue duluan, dah Drey!" Cowok itu buru-buru menghampiri motornya dan meninggalkan tempat ini.
"Ngomongin apa?" tanya Audrey, penasaran apa yang membuat senyum Benua merekah selebar itu.
"Benua tanya soal Cecil, gue jawab dia masih di tempat makan tadi," jawab Gara.
Audrey mengangguk. "Mereka pacaran?"
"Enggak, beda agama."
***
Audrey dan Gara duduk bersebelahan, menghadap Samudra yang kini menunduk dengan kedua tangan diborgol. Cowok itu enggan menatap Audrey walau sejak tadi perhatian Audrey tidak lepas darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGGARA [SELESAI]✔
Teen FictionGara benci ditentang dan dihalangi, tapi ada satu cewek yang tiba-tiba dengan berani menentangnya. Berbagai masalah muncul dan mengharuskan mereka terus terlibat. Apakah rasa benci Gara akan berubah? Sebenarnya siapa cewek itu? Kenapa begitu membenc...