Hari ini Audrey masuk sekolah dan membuat kehebohan di sepanjang koridor karena beredar gossip kurang sedap tentangnya.
Tapi seperti biasa, Audrey tidak peduli. Cewek berjaket levis warna navy itu berjalan acuh melewati para manusia yang kini menatapnya dengan sorot menilai, kedua lubang telinganya tersumpal kepala earphone walau sebenarnya ia tidak mendengarkan apapun dengan benda itu.
Hampir setiap hari Audrey mendapatkannya, entah apapun yang ia lakukan, yang pasti anak beasiswa selalu mendapat perlakuan seperti itu. Numpang bernapas pun salah.
Lima langkah lagi Audrey berhasil mencapai pintu kelasnya, tapi langkahnya harus terhenti melihat dua cewek berdiri menghalangi jalannya sambil berkacak pinggang.
Audrey menghela napas, dengan pasrah ikut saja saat tangannya di tarik paksa menuju sebuah ruangan tempat jajaran loker kelas 11.
"Audrey Berliana! Lo udah gila, ya?! Gossip itu bener?"
Audrey hanya diam saja, memerhatikan Cecil yang heboh sendiri. Cecil adalah satu dari dua manusia di sekolah ini yang menganggap Audrey ada. Hanya Cecil dan Ganis, teman sekelas Audrey.
"Audrey, itu nggak bener kan?"
"Nggak bener gimana sih, Nis?Udah jelas beritanya kesebar sampai Kakak dan Adek kelas, bahkan foto lo ada di mading utama, udah liat?"
Ganis--cewek pertama yg mau berteman dengan Audrey, menutup lubang telinganya dengan jadi telunjuk. Walaupun setiap hari mendengar suara Cecil karena mereka sebangku, tetap saja rasanya ingin membekap mulut cewek itu dengan kaos kakinya sendiri.
"Bentar, gossip yang mana dulu?" tanya Audrey santai. "Tiap hari juga foto gue ada di mading, gue beli cilok sepuluh ribu di kantin aja udah jadi trending topik."
Cecil menjitak kepala Audrey karena gemas dengan respons cewek itu, sementara Audrey malah terkekeh melihat ekspresi kesal di wajah babyface Cecil.
"Gue serius nih, masalah lo yang ke SMA Maret. Katanya basket, kok bisa ada yang ambil foto lo lagi ngobrol sama Bara sih?" tanya Cecil, sedikit berbisik saat menyebut nama Bara.
"Bara?" Satu alis Audrey terangkat. "Albara?"
"Stt, jangan sebut nama itu di sini. Kalau kedengeran anak Brasthunder, lo bisa kena masalah."
Audrey yang mendengar itu lantas mengedikan bahu, ia sudah bertekat tidak peduli pada apapun yang menyangkut Brasthunder.
"Terus kenapa?" tanya Audrey yang lagi-lagi membuat Cecil gemas.
"Kok lo bisa sesantai ini setelah bikin heboh satu sekolah? Lo beneran ke SMA Maret buat basket, kan? Bukan misi perdamaian?"
"Masih pagi nggak usah ngaco," balas Audrey, lalu menepuk pundak Ganis , dan berlalu menuju kelasnya.
Cecil dan Ganis berbalik, menatap punggung Audrey yang tidak terlihat setelah masuk kelas. Dua cewek itu bertatapan.
"Kayaknya Audrey nggak tau soal Bara deh," kata Cecil yang diangguki Ganis.
.
.
.
.
."Iya serius!"
"Ketua Jaguar?"
Gara dan teman-temannya menoleh saat mendengar nama itu disebut di kantin, amarahnya tiba-tiba meluap dengan cepat.
Barusaja Bagas dan Lingga akan menahannya, sudah keduluan cowok itu melangkah dengan kedua tangan terkepal. Tidak ada yang bisa dilakukan selain memastikan Gara tidak mengobrak-abrik kantin.
"Beneran lo lihat mereka?"
Brak!
Mondi dan teman-temannya terlonjak saat Gara menggebrak kasar meja kantin yang mereka tempati. Bahkan Mondi hampir saja mengumpat kalau ia tidak menoleh dulu, dan menemukan Gara sedang menatapnya nyalang.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGGARA [SELESAI]✔
Teen FictionGara benci ditentang dan dihalangi, tapi ada satu cewek yang tiba-tiba dengan berani menentangnya. Berbagai masalah muncul dan mengharuskan mereka terus terlibat. Apakah rasa benci Gara akan berubah? Sebenarnya siapa cewek itu? Kenapa begitu membenc...