Motor biru milik Benua yang dikendarai Gara berhenti di halaman rumah cowok itu, di sini sepi, padahal katanya Anggi sedang berlatih basket, tapi halaman tempat Anggi biasanya berlatih terlihat kosong.
Audrey turun dari boncengan motor dan langsung menabok lengan Gara yang baru saja melepas helmnya.
"Lo bohongin gue, ya?" tanyanya galak. "Anggi mana? Katanya latihan."
"Kak AB!" Dari arah pintu rumah, Anggi berlari mendekat. Tangan kanannya membawa botol minuman yang isinya tinggal setengah. "Kak AB datang?"
Audrey melirik Gara, namun cowok itu malah balik melirik sinis lalu turun dari motor.
"Mau ketemu kamu, dibilangin kamu lagi latihan malah nggak percaya," kata Gara. "Bilangin tuh, jangan main pukul."
Setelah menyindir terang-terangan seperti itu, Gara melangkah santai masuk ke dalam rumah. Meninggalkan Audrey yang melotot tidak terima, tapi juga tidak bisa melakukan apa-apa karena kali ini ia yang salah.
Anggi tertawa kecil. "Biarin, Kak, emang gitu Kak Angga, suka sensi," katanya. Jangan lupa, Anggi selalu berada di pihak Audrey apa pun yang terjadi.
"Kakak habis latihan? Kok pakai jersey?" tanya Anggi, melihat jersey basket yang dipakai Audrey di balik jaketnya.
"Tadi ada sparing sama SMA Garuda," jawab Audrey, ramah. Tidak seperti saat mengobrol dengan Kakaknya Anggi yang selalu harus pakai urat.
"Loh, hari ini Kak AB sparing? Kak Angga nonton?"
Audrey mengangguk. "Emang kamu nggak dikasih tau? Katanya dia selalu bilang ke kamu kalau Kakak mau ada tanding atau latihan?"
"Enggak!" Raut wajah Anggi berubah kesal. "Nyebelin banget, sih. Pasti karena nggak mau Anggi tebengin buat nonton. Si pelit, awas aja!"
Audrey tertawa. "Lagian tadi pertandingannya nggak bagus buat ditonton, tim Kakak kalah soalnya."
"Kalah?" Anggi kaget, tapi kemudian menggeleng. "Enggak-enggak, Anggi kan mau nonton pertandingan Kak AB bukan cuma waktu tim Kakak menang. Lagian menang kalah, kan, biasa. Yang mau Anggi lihat permainannya, bukan hasil akhirnya aja."
"Permainannya atau Kak Audrey aja?" tanya Audrey, menggoda Anggi.
Anggi tersenyum malu. "Kak AB sih."
Audrey kembali tertawa mendengar jawaban jujur Anggi, ia sudah dengar dari Gara seberapa fanatiknya Anggi padanya sebagai sosok AB sang pemain basket idola.
Tangan Audrey terulur, mengusap puncak kepala Anggi dengan gemas. Anggi punya perawakan tinggi, walau masih tinggi Audrey. Hanya tunggu waktu sampai tinggi Anggi melebihi Audrey, mungkin saat SMA nanti.
"Anggi, mulai sekarang panggil Kak Audrey aja, ya?" kata Audrey. "AB kan buat nama punggung waktu masih di tim delapan, sekarang udah nggak dipakai."
Sudut bibir Anggi berubah melengkung ke bawah, ia sudah nyaman memanggil Audrey dengan nama AB. Karena sejak awal Anggi mengenal Audrey sebagai AB si kapten basket tim perwakilan 8.
Tapi yang dikatakan Audrey ada benarnya, nama itu tidak pernah lagi dipakai Audrey di jersey basket yang sekarang. Lagipula, Kak Audrey terdengar lebih akrab, kan?
"Oke, Kak!" jawab Anggi, senyumnya kembali merekah.
Audrey ikut tersenyum. "Mau latihan lagi?" tanyanya.
"Iya, aku kangen main basket. Soalnya udah nggak ikut ekstra di sekolah, udah kelas sembilan," katanya. "Habis ini juga nggak ada banyak waktu buat latihan karena ujian-ujian, mumpung masih sempat sih."
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGGARA [SELESAI]✔
Fiksi RemajaGara benci ditentang dan dihalangi, tapi ada satu cewek yang tiba-tiba dengan berani menentangnya. Berbagai masalah muncul dan mengharuskan mereka terus terlibat. Apakah rasa benci Gara akan berubah? Sebenarnya siapa cewek itu? Kenapa begitu membenc...