.3. Terusik

690 77 0
                                    

Dulu gue selalu berani maju terdepan saat ada yang tanya siapa yang paling lo jaga, tapi sekarang bahkan buat denger pertanyaan itu aja gue nggak sanggup.

💮💮💮

Mikaela tertawa pelan begitu Delan mencicipi rasa air sabun yang baru saja mereka buat. Sabun mandi milik Delan yang direndam sejak setengah jam lalu. Wajah sahabatnya jelas meringis dan terlihat begitu konyol, ada-ada saja. Bahkan Mikaela yang anak IPS saja sadar kalau air sabun itu pasti rasanya pahit dan tidak enak. Namun, Delan yang kadar kekepoannya tingkat dewa itu tetap ngotot dan mencekupkan tangannya kemudian diemut.

"Nggak enak," kata Delan sambil menyengir-nyengir.

Laki-laki itu bahkan meninggalkan Mikaela yang kini sibuk memasukan air sabunnya ke dalam botol mineral mini. Gadis itu geleng-geleng kepala sambil tertawa. "Yang bilang anak IPA lebih pinter dari anak IPS itu bodoh. Mitos banget, itu Delan buktinya."

"Gue denger ya, Mikae!" tegur Delan dengan suara bass khas miliknya.

Mikaela kembali tertawa, sembari menutup botol bekas itu. Dibawanya botol itu ke ruang makan tepat di mana kini Delan duduk dan sarapan.

Dia heran sebenarnya karena Delan yang masih santai padahal jam sudah menunjukan pukul setengah tujuh.

"Mandi, De."

Delan mendongak dengan mulut penuh. Tidak menjawab, Delan kembali menyuapkan nasinya. Setelah itu, dia segera meneguk habis susu putih di meja dan beranjak dengan cepat.

Mikaela berdecak kecil menatap punggung Delan yang hampir menghilang di balik tembok. Tangannya kembali menyuapkan nasi dengan tenang sembari menunggu laki-laki itu selesai mandi. Namun, baru beberapa menit, Delan sudah melongokkan kepalanya.

"Gue hari ini mau jemput Naura, lo berangkat duluan aja."

Tangan Mikaela berhenti di udara, dia melirik Delan sekilas. Ah, aneh sekali rasanya mendengar kini bukan dia lagi yang Delan utamakan.

"Oh, okey. Gue juga udah selesai makan," ucapnya sebiasa mungkin.

"Lo belum habis, itu masih setengah lebih."

Benar, bahkan dia baru menyuapkan nasi beberapa sendok. Tapi ya mau bagaimana lagi, dipaksa makan pun pasti tidak enak. Mood-nya benar-benar buruk.

"Udah kenyang. Gue duluan, ya!"

💮💮💮

Kabar dekatnya Delan dengan Naura bak cahaya yang merambat begitu cepat. Semua siswa membicarakannya, bahkan dengan terang-terangan mereka mengejek posisi Mikaela yang tergantikan. Tidak sedikit pula yang mengeluh dan menginginkan posisi Naura sekarang.

Delan memang tampan, dia juga pandai, apalagi Delan itu berkulit putih dengan rambut coklat. Mikaela yakin, pasti ribuan gadis di luar sana mengidolakan Delan.

Langkah kaki Mikaela terhenti begitu tiba di depan kelasnya. Sorak heboh dari lapangan parkir berhasil menyita perhatiannya.

Di sana, Delan sedang melepaskan helm yang Naura pakai. Helm Minion yang selalu dia pakai. Jujur saja Mikaela membenci Naura sekarang, dia dengan lancang memakai barang miliknya dan jangan lupakan Delan yang dengan kurang ajar memberikan helm itu untuk dipakai Naura. Mikaela bersumpah, pulang sekolah nanti dia akan membeli helm baru!

Starting from A Broken Heart [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang