.17. Siapa?

533 68 3
                                    

Gue ... nggak tahu. Kalau pun gue tahu, gue bakalan pilih untuk diam karena bersuara juga nggak akan mengubah semua.

💮💮💮

Guru ketertiban datang setelah kerumunan berhasil dibubarkan. Hanya tinggal Clao, Delan, dan Mikaela yang kini berdiri di hadapan Pak Hamdan. Beliau menatap tajam pada ketiga muridnya yang diam menundukkan kepala. Ruang kedisiplinan yang jelas terasa dingin dan mencekam.

"Siapa yang lakuin ini?"

Mikaela segera mendongak dan menggelengkan kepalanya.

Pak Hamdan terlihat begitu berat saat menarik napasnya. Kasus pertama yang melibatkan berpuluh-puluh tikus tidak bersalah itu terbunuh.

"Ada musuh kamu di sekolah ini, Mikaela?"

Clao melirik Delan yang masih diam. Laki-laki itu ragu untuk mengatakan kalau ada seseorang yang dia curigai. Seseorang yang ada sangkut-pautnya dengan Delan dan Mikaela. Namun, dia tidak yakin. Kemungkinan yang melakukan itu bukan hanya Naura, tapi juga dia... seseorang yang seharusnya menjaga Mikaela.

"Saya nggak merasa ada musuh, Pak. Tapi...." Gadis itu menggantungkan kalimatnya. Dia mengingat tentang Naura, Fasya, dan beberapa lainnya yang ikut merundung dirinya karena menyebabkan Delan putus dari pacarnya. Apa mungkin?

"De, apa mungkin dia?" tanya Mikaela langsung menatap Delan.

Clao ikut menatap Delan yang kini menegang. Entah apa isi pikiran laki-laki itu. Dia siapa, apakah sama dengan dia yang dimaksud Mikaela atau tidak.

"Gue ... nggak tahu." Delan melirih. Laki-laki itu menatap Pak Hamdan. "Bapak jangan menuduh siapa pun lebih dulu. Kita bertiga bakalan cari siapa pelakunya."

Pak Hamdan jelas tidak setuju. Beliau langsung memukulkan spidolnya pada meja dengan cukup keras. "Kalian itu masih anak-anak, kasus kalian adalah tanggung jawab kami! Saya tidak bisa diam saja dan membiarkan kalian yang mencari siapa pelakunya!"

Delan mendesah kecewa. Dia hanya tidak ingin melibatkan orang lain dalam masalahnya dan Mikaela. Apalagi, ini semua karena dirinya. Kemungkinan besar orang itu benar-benar marah karena dia tidak menuruti ucapannya. Atau ... entahlah.

"Bapak, apa ada CCTV di dekat sana?" Clao tiba-tiba bertanya.

Delan justru terkekeh sinis. Dia jelas tahu, jika benar orang yang ada dalam benaknya adalah pelakunya, jelas CCTV itu tidak akan menunjukkan tanda-tanda aneh. Namun, jika orang lain yang melakukannya pasti akan ada jejaknya karena orang lain itu tidak selicik dan secerdik orang yang Delan maksud.

"Ada." Pak Hamdan bernapas berat. Beliau mulai berdiri mengajak ketiganya keluar ruangan konseling. Mereka mengikuti Pak Hamdan dari belakang menuju ke ruang pengawasan.

Mikaela benar-benar penasaran. Gadis itu hanya bisa berdoa bahwa pelakunya adalah Naura, bukan laki-laki bertopeng itu karena ... jujur saja dia takut kalau laki-laki itu benar-benar melakukan ancamannya.

Pak Hamdan segera membuka ruangan, di dalam ruangan itu ada dua orang penjaga yang sedang sibuk memakan roti. Mereka terkejut dan segera menurunkan roti yang sedang digigitnya.

"Pak, ada apa kemari?" tanya seorang dari mereka.

Pak Hamdan maju melihat empat layar besar yang terbagi dan menampilkan seluruh area yang terjangkau CCTV. "Tolong Carikan rekaman dari kemarin sampai tadi jam enam empat puluh di sekitar loker siswa. Saya mau memastikan sesuatu."

Starting from A Broken Heart [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang