.4. Tidak Tahu

618 83 2
                                    

Nungguin nggak? Nungguin aja ya biar aku seneng :v

Jan lupa bintangnya ya💛

Happy reading guys








Entah bodoh atau gimana, tapi rasa gue buat lo nggak hilang meski udah jelas nggak ada harapan.

💮💮💮

Delan terkekeh pelan menatap Mikaela yang kini sibuk memilih mie instan di depannya. Keduanya sedang berbelanja bersama di supermarket terdekat dengan apartemen milik Delan. Ya, hari ini Mikaela belum berniat pulang, gadis itu masih enggan untuk kembali ke rumah karena kedua orang tuanya masih di sana.

Delan sendiri merasa tidak enak, tempatnya terlalu kumuh untuk gadis secantik dan sekaya Mikaela. Apartemen kecil dan sempit miliknya jelas menyiksa untuk Mikaela yang tinggal di istana. Luas apartemennya dengan kamar Mikaela saja sama atau bahkan lebih kecil.

Dari semua itu, tentu Delan merasa tidak pantas untuk Mikaela. Dia terlalu sempurna, sedangkan Delan hanya manusia biasa. Bohong jika dia tidak memikirkan pernyataan Mikaela yang menyukainya. Bahkan dadanya ikut berdetak cepat karena Mikaela. Hanya saja, janji dan rasa tahu diri miliknya mengingatkan bahwa dia tidak pantas bersama gadis itu. Menjadi sahabat sekaligus sandarannya saja sudah lebih dari cukup untuk Delan.

"De, mie ini katanya kuah pedesnya nampol!"

Delan berdecak, merebut mie instan itu dari tangan Mikaela. "Asam lambung, inget sama kelemahan!"

Mikaela cemberut, gadis itu langsung berbalik dan kembali memilih mie instan dalam diamnya.

Delan sendiri segera mengembalikan mie instan yang Mikaela ambil tadi. Kemudian, dia terdiam sebentar mengingat kedekatannya dengan Naura. Gadis pemilik sifat yang jelas berbanding terbalik dengan Mikaela. Gadis yang Delan cari dan sangat pas dengan kriteria perempuan yang akan dijadikannya kekasih.

Sejak pandangan pertama Delan memang merasakan hal berbeda. Bahkan dengan Naura membuatnya lupa akan Mikaela yang tidak pernah berhenti berlari di pikirannya.

"De, seandainya lo jadian sama Naura beneran gimana?"

Dahi Delan menekuk, badannya pun kini menghadap Mikaela yang mendongak menatapnya. "Gue senenglah," jawabnya jujur. Lagi pula benar adanya, tidak akan ada yang tidak suka jika bisa mendapatkan gadis incarannya.

Mikaela menunduk, ditaruhnya mie instan di dalam keranjang kemudian diangkatnya kerajang itu. Delan tidak paham, kenapa Mikaela terdiam lama bahkan enggan kembali menatapnya.

"Lo kenapa?" Delan mencoba bertanya. Kedua tangannya meraih bahu Mikaela dengan lembut.

"Gue...." Mikaela menggantung kalimatnya, semakin membuat perasaan Delan tidak tenang. Apa dia salah menjawab pertanyaannya Mikaela seperti itu?

"Mikae, kenapa?"

"Apa ... apa lo bakalan ... jauhin gue?"

Delan terdiam lama, memikirkan kalimat tanya yang Mikaela berikan. Menjauh? Menjauh yang bagaimana?

"Nggaklah, ngapain juga menjauh!" jawabnya setelah beberapa menit.

Starting from A Broken Heart [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang