.9. Salah

666 94 6
                                    

Jangankan elo, gue sendiri aja nggak paham kenapa dia marah-marah.

💮💮💮

Mikaela masih membisu belum mengeluarkan sepatah kata pun untuk Delan. Apalagi, ketika Delan menatap dirinya begitu lama. Ini semua karena gadis itu yang terus diam tidak mau berbicara dengan Delan.

Delan tahu gadis itu marah padanya karena sikapnya semalam. Namun, Delan juga tidak bisa jika harus diam saja melihat tingkah Mikaela yang masih mendekati Clao. Gadis itu tidak tahu seberapa keras Delan melindunginya dan orang-orang terdekat gadis itu. Gadis itu juga tidak tahu jika Delan terikat perjanjian dengan seseorang yang berpengaruh dalam hubungan keduanya.

Laki-laki berkaos hitam itu mendesah lelah. Dia bingung harus bagaimana menjelaskan ini kepada Mikaela tanpa mengungkapkan fakta yang ada. Dia tidak mungkin jujur karena nyatanya kejujuran itu akan menghancurkan keduanya.

Mikaela, gadis cantik berkulit putih. Gadis yang jelas tidak akan orang lain lewatkan. Gadis yang jelas memiliki banyak gadis lain yang iri kepadanya. Dan, jujur, Mikaela jauh lebih dari segala dibandingkan Naura. Namun, Delan tidak ingin jatuh pada sahabatnya.

"Gue mau beli ramen," ucap Mikaela. Kalimat pertamanya hari ini sukses membuat Delan tersenyum lebar.

"Gue temenin." Delan beranjak, meraih kunci motor dan juga ponsel. Namun, tangan mungil Mikaela menahan tangannya.

Ditatapnya gadis itu dengan penuh tanya. Jangan bilang Mikael tidak mau diantaranya untuk membeli ramen!

"Gue cuma ke bawah. Di sebelah apart lo ada tokonya."

"Gue juga mau beli." Delan tidak ingin kalah. Dia jelas harus mengikuti gadis ini. Gadis yang mulai berani melawannya.

Mikaela terlihat berdecak kesal. "Ya udah."

Bibir Delan tertarik karena Mikaela yang akhirnya pasrah. Dia pun berdiri membawa kunci motornya.

Keduanya berjalan beriringan menyusuri lorong apartemen yang cukup sepi di hari libur seperti ini. Entahlah, namun Delan merasa begitu senang bisa bersama Mikaela. Pernyataan gadis itu semalam sebenarnya pun mengusik diri Delan.

Ingin menjauh katanya, padahal baru kemarinnya gadis itu berkata jangan pergi, jangan menjauh. Tentu saja Delan tidak akan menurutinya. Mikaela separuhnya, tidak mungkin dirinya dan Mikaela benar-benar terpisah.

"Lo masih marah gara-gara semalem gue..." ucap Delan sengaja menggantung. Diliriknya Mikaela yang berjalan dalam diam dengan wajah sedatar papan. Tampaknya, gadis itu benar-benar marah.

"Mikae, biasanya juga kita-"

"Posisinya beda, De," potong Mikaela.

Meraka kini masuk ke dalam lift. Dipandangnya Mikaela yang justru memalingkan wajah darinya. "Mikae, apa salahnya? Kita udah sering lakuin itu. Apa yang beda?"

"Lo udah punya Naura."

Siangkat dan sangat to the point. Jawaban Mikaela berhasil membuatnya mengumpat. Entah kenapa dia bisa lupa bahwa Naura pun kini membutuhkannya. Mikaela, seolah gadis itu menyihirnya untuk melupakan Naura, melupakan rasa setia yang harusnya hanya- sialan!

Starting from A Broken Heart [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang