Seperti kata orang, berani berbuat harus berani bertanggung jawab dan berani mencintai berarti juga harus berani dipatahkan berkali-kali.
💮💮💮
Langkah Mikaela terasa berat saat dirinya memasuki gerbang rumah. Mood-nya benar-benar rusak, rasa sesak juga masih bersarang tak berkurang di dalam dada. Mikaela merasa hancur, sikap Delan yang lebih mementingkan Naura dan bahkan memakinya tadi masih membekas diingatan tak mau hilang.
Mikaela benci, masalah rumah yang semakin pelik malah bertambah dengan masalahnya dengan Delan. Padahal dia butuh Delan, butuh laki-laki itu untuk menenangkan dirinya. Dia ... hancur.
"Mas, mau kemana kamu?!"
Gerbang yang baru saja Mikaela lewati empat langkah seolah memanggil dirinya untuk berbalik agar tidak melihat pertengkaran hari ini. Namun, kakinya justru kaku, matanya terpaku menatap mama-nya yang menahan koper sang papa.
Mela, mama kandungnya menangis menahan Januar yang tampak berada di titik teratas kemarahan. Entahlah, sebenarnya apa mau mama-nya itu, Mikaela tidak bisa memahaminya.
Kemarin memintai cerai bahkan sangat bersikukuh untuk bercerai, tapi sekarang menahan koper papa-nya yang terlihat akan pergi.
"Saya akan pergi. Rumah ini anggap saja harta gono-gini dari saya."
"Nggak! Mas, kamu nggak boleh asal pergi! Apalagi kamu mau bawa anakku!"
Nyaris terjatuh jika saja Mikaela tidak kuat menahan diri. Mendengar penuturan sang mama yang mengatakan bahwa Januar akan membawanya seolah mendengar petaka. Ya, meski tinggal bersama mama-nya pun tetap menghadirkan petaka, tapi tetap saja, bersama Januar seperti serumah dengan orang berbahaya.
Mungkin jika bersama mama-nya dia hanya akan mendengar omelan, menerima sikap dingin, atau kalimat pedas. Sedangkan jika bersama papa, apa yang akan Mikaela dapat? Tentu saja terancam nyawa. Jelas-jelas sekarang papa-nya sedang berupaya melukai dirinya melalui laki-laki bertopeng itu.
"Dia anak saya, Mela! Kamu tidak berhak apapun atas dia!"
"Saya mama-nya kalau kamu lupa! Saya yang melahirkan dia!"
"Kamu bisa apa?! Selain rumah mewah yang saya beri, kamu tidak punya apa-apa. Mau kamu kasih makan apa anak saya? Minta sama supir kamu yang berondong itu?!"
Kalimat mama-nya tidak jadi meluncur begitu mata wanita yang menjabat sebagai ibu dari Mikaela itu bertemu dengan manik Mikaela. Gadis yang kini menangis dengan bekas luka di leher dan lengannya, juga lengan yang masih tertempel darah mengering di luka baru yang dia dapatkan.
Dada Mikaela semakin sesak, napasnya bahkan sulit untuk keluar masuk karena sakit itu.
"Mas, Mikaela–"
Januar ikut menatapnya, tatapan mata yang tidak kalah cemas dan terkejut saat mata mereka bertemu.
"Sayang, baru pulang?" Januar menggeret koper yang sudah tidak lagi Mela tarik. Mama-nya itu hanya mengikuti di belakang Januar dengan langkah yang tergesa.
"Papa mau kemana?" tanyanya serak.
Januar menatap kopernya, kemudian menatap Mela sejenak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Starting from A Broken Heart [End]
Teen FictionDimohon dengan sangat untuk follow akun ini terlebih dahulu💛 Kenapa? Karena kalau up cerita biar ga ketinggalan dan juga demi kebaikan bersama. 16+ Di bawah itu jangan baca ya 😂 . . . Mikaela dan Delan, siapa yang tidak mengenal mereka? Bak putri...