.14. Laki-laki itu lagi

610 78 3
                                    

Kalau gue harus hilang dan jauh dari dia, gue nggak bisa.

💮💮💮

Mikaela menyodorkan helmnya kepada Clao. Gadis itu memang meminjam helm Clao hari ini karena dia tadinya berangkat bersama abang ojek. Gadis itu tersenyum setelah mengucapkan terima kasih. Sedangkan Clao kembali memakai helm yang dipinjamkannya kepada Mikaela.

"Hati-hati," ucap Mikaela tulus. Sedangkan Clao hanya berdeham singkat membalasnya.

"Gue duluan, ya." Setelah itu, Clao benar-benar pergi. Mikaela pun memilih memasuki lobi dan segera menaiki lift untuk segera sampai ke apartemen Delan. Hatinya tidak tenang meninggalkan laki-laki itu dalam keadaan tidak sadar.

Klik. Pintu terbuka. Suasana gelap masih mengelilingi ruangan apartemen milik Delan. Gadis itu pun masuk menuju sofa yang digunakan Delan tidur semalam. Namun, laki-laki itu tidak ada di sana. Mikaela mulai kebingungan, mencari Delan ke dapur hingga ke balkon.

"Panik ya?" tanya Delan masih dengan tangan mengusapkan handuk ke rambutnya yang basah.

Mikaela berbalik menatap Delan. Gadis itu bernapas lega karena nyatanya Delan masih di sini.

"Gue marah, bukan panik." Mikaela melipat kedua tangannya.

Delan membuang napasnya kasar. Dia berjalan mendekati Mikaela yang memang terlihat marah. "Maaf."

Mikaela masih diam, menatap Delan dengan sedikit mendongak dan penuh ancaman. "Kenapa diulang?"

Delan menerawang. Laki-laki itu menjemur handuknya, kemudian bersandar pada pembatas balkon. Mikaela tidak paham kenapa Delan harus melakukan itu lagi. Hal gila yang tidak seharusnya diulang karena berbahaya bagi anak seusia mereka.

"Gue buntu."

Mikaela berbalik, menatap punggung Delan yang tidak sekokoh biasanya. Dia memang merasakan jika Delan sedang tidak baik-baik saja. Mikaela paham jika laki-laki itu sedang memiliki beban berat di pundaknya. Tapi, untuk kembali ke dunianya dulu, Mikaela tidak setuju. Susah payah dia menarik Delan setelah sekian lama berusaha, namun laki-laki itu ingin kembali terjebak?

"De, ada gue. Lo inget fungsi gue apa?"

Delan menunduk. "Lo bilang kita udah nggak boleh, Mikae. Lo bilang gue udah punya Naura."

Mikaela tersenyum tipis. Haruskah dia berkorban perasaan demi Delan keluar dari dunia itu? Haruskah dia membiarkan dirinya menjadi jahat dimata Naura? Sayangnya, tidak ada opsi lain. Membiarkan Naura tahu siapa Delan adalah sesuatu yang berbahaya. Mikaela tidak yakin jika Naura akan menjaga Delan. Malah bisa jadi gadis itu meninggalkan Delan yang terlalu gelap.

"Lo yang ciptain batas itu, De."

"Gue harus ciptain batas itu demi lo, Mikae," balas Delan.

Mikaela tidak percaya ini. Maksudnya demi dirinya apa? Oh, karena pernyataan cintanya? Untuk mempertegas bahwa Delan tidak menyukainya?

"Kalau gitu, menjauh sejauh mungkin, De." Mikaela menarik napasnya dalam-dalam. Mempersiapkan diri sebelum mengucapkan kalimat yang jelas menyiksa dirinya sendiri. "Gunain Naura biar lo keluar dari dunia itu."

Starting from A Broken Heart [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang