Gue pernah denger katanya kalau kebaikan bakalan menang kalau ngelawan kejahatan. Tapi kalau yang baik miskin, kayanya kalah deh.
💮💮💮
Delan memundurkan langkahnya begitu mendapati Mikaela sudah duduk manis memakan sarapan di apartemennya. Berbeda dengan Mikaela yang justru tersenyum lebar setelah memasukan satu sendok bubur ke dalam mulut.
"Lo?"
"Pagi, De!" sapa Mikaela cerah.
Delan berkedip, matanya diusap beberapa kali sebelum akhirnya suara tawa Mikaela menggema.
"Ini gue asli kok!"
Delan pun segera mendekat, mendudukkan diri di sebelah Mikaela. "Ini kenapa?"
Mikaela justru tertawa, bukannya menjawab gadis itu malah menggeser satu styrofoam bubur ayam kepada Delan. "Makan dulu, gue tadi beli di deket situ tuh tempat langganan."
"Jelasin dulu, kenapa tiba-tiba lo ke sini?"
"Karena gue sadar?" jawab Mikaela dengan nada tanya.
Delan tampak kesal dan Mikaela tampak bahagia. Gadis itu segera memeluk Delan yang sudah rapi berseragam. Mata Delan melebar merasakan tangan kecil Mikaela memeluk tubuhnya.
"Gue kangen," bisik Mikaela.
Delan ingin marah dan meminta penjelasan tentang kelakuan Mikaela beberapa hari ini. Sayangnya, dia tidak bisa. Tangannya justru balas melingkari punggung rapuh Mikaela dengan hangat.
Mungkin kalau tidak ada syarat dan janji, Delan sudah memiliki gadis di depannya ini.
"De...." Mikaela mendongak. "Gue kemarin disuruh bokap jauhin lo."
Delan pun menunduk menatap gadis bernama Mikaela itu. Tangannya kanannya melepas pelukan, kemudian mengusap lembut pipi Mikaela. "Kenapa malah ke sini sekarang?" tanyanya lembut.
"Karena gue sadar, mau gue jauh dari lo atau enggak, lo tetep dalam bahaya."
Delan tersenyum tipis mendengarnya. "Mikaela, sewa apartemen ini abis akhir bulan besok. Kita ... pindah gimana?"
💮💮💮
Clao menatap Mikaela yang duduk di sebelahnya dengan senyum mengembang. Beberapa hari ini gadis di sebelahnya tampak kacau dan menyedihkan, tatapannya seolah seperti orang kehilangan arah, dan hari ini wajah Mikaela kembali cerah. Walau bukan namanya yang menjadi alasan Mikaela tersenyum, Clao merelakan itu. Baginya, Mikaela bahagia adalah pilihan terbaik.
Clao pun mengalihkan wajahnya, menatap ke depan di mana pak Samsudin menerangkan materi.
"Manusia awalnya adalah kera."
Clao mendengus, materi ini berulang-ulang diberikan kepada mereka. Padahal tidak ada bab tentang asal usul manusia di jadwal mereka, tapi tetap saja pak Samsudin akan menjelaskan itu. Mungkin pak Samsudin adalah penganut setia. Untungnya sih bukan percaya tentang asal-usul manusia dari ikan.
"Bosen," keluh Mikaela. Gadis itu pun menatapnya setelah berkata demikian.
"Clao apa lo percaya sama pak Samsudin?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Starting from A Broken Heart [End]
Teen FictionDimohon dengan sangat untuk follow akun ini terlebih dahulu💛 Kenapa? Karena kalau up cerita biar ga ketinggalan dan juga demi kebaikan bersama. 16+ Di bawah itu jangan baca ya 😂 . . . Mikaela dan Delan, siapa yang tidak mengenal mereka? Bak putri...