.16. Harus Bagaimana?

544 65 2
                                    

Gue jauh dari kata utuh. Jadi, jangan mendekat kalau nggak mau jatuh atau bahkan hancur bersamaku.

💮💮💮

"Kenapa setuju?"

Mikaela yang sedang sibuk memasukan barang-barangnya ke dalam tas pun menghentikan aktivitasnya. Gadis itu mendongak menatap Mamanya yang bersandar pada kusen pintu dengan tatapan dingin dan kecewa.

Senyum Mikaela terukir tipis. "Kenapa harus nggak setuju? Bukannya, ada atau nggak adanya ikatan itu Mama sama papa tetep nggak ada buat aku?"

"Saya belum selesai. Semua ini nggak akan berakhir, Mikaela. Nggak boleh."

"Terus aku harus apa? Oh, bilang sama papa jangan ceraikan Mama? Tapi, buat apa?" Mikaela terkekeh. "Bertahun-tahun belain Mama, khawatir sama Mama, tapi Mama nggak pernah peduli."

Raut wajah mama kandungnya jelas berubah. Tatapan dingin itu seperti sedikit mencair begitu Mikaela mengatakan kalimat itu.

Mikaela sendiri memilih kembali memasukan barang-barangnya. Dia tidak ingin ambil pusing tentang Mama dan Papanya yang akan bercerai atau tidak. Rasa sabar itu habis, Mikaela muak jika harus mendengar pertengkaran mereka. Jadi, lebih baik mereka benar-benar bercerai agar tidak ada lagi keributan yang harus Mikaela dengar.

"Mau kemana?"

Mikaela diam tidak menjawab. Dia tetap fokus menata barang-barang itu agar tidak ada yang tertinggal.

"Kamu pikir saya nggak tahu kamu tidur di mana?"

Lagi-lagi Mikaela tetap diam. Gadis itu malah memilih berdiri dan membuka lemari pakaiannya untuk mengambil seragam olah raga.

"Kalau kamu setuju saya dan papa kamu cerai, saya akan buat dia menjauh dari kamu. Biar kita sama, kehilangan orang yang kita butuhkan."

"Kalau bisa, silahkan."

Brak. Pintu lemari itu tertutup dengan keras. Mikaela tersenyum sinis begitu menatap Mamanya yang terlihat terkejut.

"Aku pernah peduli bahkan sangat, tapi Mama nggak pernah balas peduli. Jadi, buat apa? Bahkan aku sakit aja Mama lebih pilih berdebat sama papa."

💮💮💮

Mikaela bersenandung kecil melewati taman dengan satu tas punggung yang dibawanya. Gadis itu sedikit senang karena dengan waktu yang cukup lama, dia dan Delan akan kembali bersama. Meski hanya sekadar saling menjaga, Mikaela tidak masalah.

Kaki Mikaela terasa lebih ringan berjalan seolah tidak ada beban. Baginya, rundungan yang dia dapat dari Naura tidak ada rasanya. Baginya, ada Rose yang menghampirinya setelah perdebatan itu sudah cukup membuat tenang.

Gadis itu mendongak, menatap gedung apartemen milik Delan yang kini ada beberapa meter di depannya. Mamanya tahu soal Delan? Huh, Mikaela tidak peduli. Dia yakin kalau Delan tidak akan goyah hanya karena Mamanya.

Tanpa disadarinya, sosok berjubah yang belakangan ini mengganggu Mikaela ada di sana. Sedari tadi selalu mengikuti Mikaela yang berjalan. Sosok itu mengepalkan tangannya begitu senyum Mikaela terukir lebar.

"Permainan benar-benar dimulai, Mikaela."

💮💮💮

Starting from A Broken Heart [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang