.34. Masih Berharap

339 34 0
                                    

Waktu adalah satu kata terkejam yang pernah ada. Dia mampu melubangi batu, menghancurkan manusia, dan membunuh makhluk hidup lainnya, karena semua sudah ada waktunya .

💮💮💮

Mikaela menapakkan kakinya di lantai kamarnya yang mulai sedikit hangat karena setiap hari dia tempati. Napasnya berusaha diatur senormal mungkin setelah mendengar perkataan sengit dari Januar. Ini semua sebab luka di leher dan lengannya, perban yang menempel di kedua area tubuhnya membuat Januar menggila dan marah-marah.

"Kamu terluka lagi?"

"Sudah saya bilang, jauhi Delan, apa susahnya?!"

"Ini semua karena kamu, keputusan kamu yang tetap pilih dia!"

"Delan itu berbahaya, Mikaela! Kamu dekat dia cuma akan dapat luka!"

"Brengsek. Bedebah itu kenapa lukain kamu bukan Delan saja?!"

"Saya benar-benar kesal, tapi ini semua keputusan kamu. Saya tidak bisa melarangnya."

"Nikmati sakitnya, saya tidak bisa bantu."

"Itu anggap saja hukuman, kamu terluka karena melukai orang lain."

Mikaela tidak paham, meski benar Januar marah-marah, tapi kalimatnya berisi tentang ketidakpedulian. Januar menyalahkan Delan, tapi dia bersikap lebih tenang. Maksud Mikaela, Januar terlihat tidak memaksa Mikaela lagi. Harusnya Mikaela senang dengan sikap papa-nya, namun perasaannya justru tidak karuan. Dia takut. Takut dengan rencana Januar.

Deru mobil terdengar, mengalihkan atensi Mikaela yang masih berdiri di depan pintu. Gadis itu langsung berlari menuju ke jendela rumahnya. Tampak mobil Januar keluar dari gerbang menuju ke sebelah kanan rumah.

Napas Mikaela melega, setidaknya dia sendirian di rumah sekarang, tanpa Januar dan Mela. Walaupun berharap memiliki keluarga yang harmonis dan selalu di rumah, Mikaela tidak senang jika orang tuanya di rumah karena orang tuanya seperti Januar dan Mela. Yang ada hanya bising, kacau, dan menyedihkan.

Setelah mobil itu menghilang dari pandangan Mikaela, dia berbalik, menatap kamarnya yang rapi tertata. Tangannya segera meraih saku roknya dan mengeluarkan ponsel. Dia menghubungi Delan, dia ingin pergi ke laki-laki itu sekarang.

💮💮💮

"Kenapa hmm?"

Mikaela menggeleng, semakin menenggelamkan kepalanya pada dada Delan, sedangkan Delan semakin memeluknya erat. Laki-laki itu pasti paham dirinya sedang tidak baik-baik saja. Apalagi Mikaela langsung menubruk badan Delan begitu Delan membukakannya pintu.

"Hey, leher lo nggak sakit apa hmm? Duduk aja dulu, ayo!" ucap Delan lembut.

M

ikaela mengangguk, namun tidak melepas pelukannya dari Delan. Mungkin Delan gemas dengan tingkahnya, laki-laki itu mengangkat tubuh Mikaela dalam sekali sentak hingga kini Mikaela berada dalam gendongan Delan. Mikaela lantas merubah posisi tangannya, dari yang memeluk pinggang Delan menjadi memeluk leher laki-laki itu. Kepalanya yang ditengelamkan pada dada Delan berganti ke ceruk leher laki-laki itu.

Starting from A Broken Heart [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang