.56. Mulai lagi

412 45 5
                                    

Ya namanya juga manusia, kalau pakai hati jadinya tidak tega.

💮💮💮

Hari ini genap sudah seminggu Mikaela hanya duduk di rumah tanpa pergi kemana pun. Gadis itu benar-benar bosan sebenarnya, tapi mau bagaimana lagi, ini semua perintah dokter. Luka Mikaela tertangani cukup baik kok, hanya memang membutuhkan minim gerak agar cepat menutup sempurna.

Gadis itu memasukan sesendok nasi kari buatan bibik tersanyangnya. Gadis itu juga ditemani Delan, walau laki-laki itu hanya berani duduk di sofa dalam kamarnya. Sofa itu baru beberapa hari di letakan di dalam kamar Mikaela, alasannya karena Januar memakainya untuk tidur menemani sang putri.

"Uhuk!" Mikaela tersedak begitu matanya menangkap berita di dalam ponselnya. Potret mamanya yang menggunakan baju oranye dengan judul, "Tersangka pembunuhan berencana, korban sendiri adalah anaknya. Begini reaksi ayahnya:"

Mikaela tahu, selain menjadi ketua kelompok gelap, Januar memiliki usaha perkebunan dan pabrik teh yang berpusat di Jawa Barat. Dan, karena perusahaan yang cukup besar dan terkenal, tentu tidak mungkin berita tentang keluarga mereka akan terlewatkan.

"Makan pelan-pelan," ucap Delan, laki-laki itu sudah duduk di sebelahnya, mengelus lembut punggung Mikaela dan tangan kirinya mengulurkan segelas air putih.

Mikaela meletakan sendoknya, menerima gelas dari Delan, lalu meminum isi gelas tersebut.

Delan sendiri merebut ponsel Mikaela dengan lembut, sambil berkata, "Makan jangan sambil main hp, nggak baik."

Yang diajak berbicara justru khawatir jika Delan melihat apa isi ponselnya hingga dirinya tersedak. Gadis itu secepat mungkin meletakan gelasnya dan ingin meraih ponsel yang Delan bawa. Namun, tindakannya terlambat, Delan lebih dulu membaca berita yang baru saja dibaca Mikaela.

Wajah Delan lantas mendongak, menatap Mikaela dengan lembut dan senyum tipis. Tangannya menyingkirkan piring, gelas dan meja lipat dari depan Mikaela. Kemudian, laki-laki itu menggeser posisi duduknya lebih dekat dengan sang gadis.

Dalam hitungan detik, kini Mikaela sudah ada dalam dekapan Delan. Dekap yang beberapa waktu sempat Mikaela rindukan.

"It's okey, nggak akan ada yang anggap lo buruk hanya karena berita itu."

Mikaela mematung, gadis itu sedikit sesak mengetahui Delan mengerti apa yang dia rasakan.

Perasaan kecewa karena ternyata mama yang dia kasihani justru berencana membunuhnya. Perasaan marah karena dia dengan bodoh sempat berpikir jika Januar, sang papa, adalah manusia yang buruk karena melepas mamanya. Juga perasaan malu, malu karena kini semua orang tahu betapa hancurnya keluarga Mikaela.

Mama dan papanya bercerai, pasti berita itu juga akan ada di artikel yang dia temukan. Mamanya ketahuan berselingkuh, hal itu pasti juga akan masuk dalam daftar bukan? Dan lagi, mereka akan menganggap buah tidak akan jatuh terlalu jauh dari pohonnya.

Mikaela benar-benar takut dianggap buruk oleh siapa pun itu hanya karena perbuatan kedua orang tuanya.

"Nggak akan ada yang apa-apain lo lagi selama ada gue, okey?"

"De...." Akhirnya, Mikaela menyebut nama Delan seperti dulu. Suaranya bergetar begitu menyesakkan saat dekapnya semakin erat. "Gue takut mereka anggap gue buruk banget."

Starting from A Broken Heart [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang