.35. Setitik Harapan (Semu)

352 40 2
                                    

Meski udah tahu hasilnya nol, gue kadang tetep aja ngeyel dan maksa buat berharap sama dia.

💮💮💮

Delan melepaskan Mikaela, mendudukkan gadis itu di sebelah kanannya. Matanya menatap sisi leher Mikaela yang tertutup plester bergambar dinosaurus berwarna oranye itu. Memang luka yang Mikaela dapat tadi tidak terlalu parah, bahkan hanya goresan tipis. Namun, Delan tahu, itu pasti perih. Kulit Mikaela yang putih dan mulus tanpa bekas luka pun kini harus terluka.

Mata Delan berpindah menatap lengan Mikaela yang tertutup cardigan. "Boleh lepas cardigan lo?"

Mikaela mengangguk, dia segera melepas cardigannya dan menyisakan kaos berlengan pendek. Delan pun menggulung lengan Mikaela hingga kasa yang sedikit ditembus darah itu terlihat jelas.

"Udah diganti pas lo mandi?"

"Gue nggak berani mandi," jawab Mikaela jujur.

Delan terkekeh, dia segera berdiri dan mengambil kotak P3K yang diletakan di atas nakas sebelah televisi. Delan memang merubah sedikit tatanan ruang apartmentnya karena besok mereka akan pindah.

"Lo mau lap-lap dikit badan lo? Gerah pasti, lo nggak suka kalau nggak mandi sebelum tidur, 'kan?"

Mikaela mengangguk membenarkan.

"Kalau gitu, nanti gue obatinnya. Gih bersih-bersih!"

💮💮💮

P

agi ini Mikaela sudah siap dengan seragam sekolahnya. Bagai mendapatkan hidayah, Delan bangun lebih dulu daripada Mikaela pagi ini. Laki-laki itu tapi belum mandi sih, dia lebih memilih duduk sambil menonton berita di televisi.

"Penemuan bom di dekat kantor DPRD Kota Makassar menggemparkan masyarakat sekitar. Para polisi sudah membentangkan garis polisi sepanjang lima puluh meter dari penemuan tas berisi bom itu."

"Tas ini diketahui pertama kali oleh seorang tukang kebun di kantor tersebut. Hingga kini belum ada saksi yang melihat seseorang meletakan tas berisi bom itu. Bahkan CCTV pun terlihat normal."

Mikaela menatap gambar di layar televisi itu dengan perasaan campur aduk. Dia tahu, ini pasti ulah Clao dan Delan sengaja mencari berita ini untuk memastikan kabar laki-laki itu karena selam bertugas, ponsel yang mereka bawa adalah ponsel sekali pakai yang hanya akan terhubung dengan nomor bos dan rekan mereka.

"Mandi, De."

Delan berbalik, menopangkan dagunya di sandaran sofa sambil menatap Mikaela yang sudah cantik dan segar. "Bentaran, masih jam enam juga."

"Nanti nggak sempet mampir sarapan."

Delan cemberut, laki-laki itu kemudian berdiri dan menuruti Mikaela untuk mandi.

Begitu Delan menghilang, Mikaela kembali menatap layar televisi. Matanya menatap awas pada seluruh obyek yang kamera CCTV tanyangkan di berita itu.

"Kabarnya selama dua hari ini ketua DPRD Kota Makassar mendapatkan teror. Beliau selalu ketakutan bahkan kini menyewa sekelompok orang untuk menjaganya."

Mulut Mikaela menganga lebar begitu sadar satu orang diantara sekelompok orang yang disewa ketua DPRD itu. Mikaela mengenalinya meski tampilan Clao yang terlihat lebih dewasa.

Starting from A Broken Heart [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang