.24. Menjauh lagi?

578 59 2
                                    

Pernah merasa hampa di ruang ramai?

💮💮💮

Mikaela menunduk merasa bahwa apa yang dia lakukan mungkin memang keterlaluan. Jalannya juga pelan, sesekali menendang kerikil yang entah bagaimana bisa ada di tengah lapangan basket sekolahnya. Kali ini tujuan Mikaela adalah halaman belakang sekolah. Dia yakin Delan pasti ada di sana.

"Gue nggak tahu lo luka kenapa, tapi gue nggak bisa bohong kalau gue khawatir."

Langkah Mikaela berhenti begitu mendengar suara itu. Dia kini memilih duduk di semak-semak yang ada di belakang kursi taman, tempat di mana Delan dan Naura duduk berdua sekarang.

"Gue nggak papa. Lo nggak usah khawatir."

"Okey, tapi kenapa lo ngajak ketemu?"

"Gue khawatir sama lo."

Sial. Mikaela meremas erat rumput di genggamannya. Dia merasa cemburu sekarang, tapi tidak boleh, sedari awal Mikaela sadar kalau dirinya memang mengganggu mereka. Tidak papa, Delan pasti memang khawatir karena bagaimanapun Naura adalah gadis yang Delan suka.

"Kenapa khawatir?"

"Takut lo juga diteror kaya Mikaela. Selama ini lo nggak diteror gitu, 'kan?"

"Nggak ada, gue baik-baik aja."

Mikaela berbalik, dia berusaha sedikit mengintip. Suasana sepi taman belakang membuatnya sedikit leluasa menyembulkan kepalanya. Sialnya, dia mengintip di saat yang tidak tepat.

Delan memeluk Naura.

"Gue tenang kalau lo baik-baik aja. Jangan sampe luka, gue nggak bisa jagain lo."

"Gue pasti jaga diri. Lo fokus aja ke Mikaela, lagian gue nggak masalah kita putus. Dari awal gue udah bilang kalau-"

"Gue bakalan berusaha selesaiin ini secepatnya, nggak usah banyak omong, Ra. Gue nggak mau lo nangis sekarang."

Harusnya Mikaela tidak ke sini, 'kan? Ah, harusnya dia mendengarkan kemarahan Clao saja daripada harus sakit hati begini.

Semalam Mikaela sudah menawarkan, tapi Delan menolak untuk balikan. Dan hari ini Delan justru menemui Naura bahkan terlihat masih sangat menyayangi gadis itu.

💮💮💮

Pulang sekolah Mikaela duduk diam di boncengan Delan. Tidak ada satu kata pun yang Mikaela keluarkan sedari tadi. Dia hanya tidak berniat membuka obrolan kalau Delan tidak membukanya. Rasa bersalah dan juga sakit hati masih dia genggam sendirian.

Motor mereka tiba, Mikaela segera turun dan mengaitkan helm di bagian belakang motornya. Dia tahu Delan sekarang menatapnya, tapi Mikaela benar-benar memilih diam tidak berbalik menatap Delan. Dia juga memilih melangkah cepat menaiki lift dan membiarkan Delan menyusulnya.

"Lo diem aja kenapa?" tanya Delan tepat setelah pintu lift tertutup.

"Nggak ada, lo nggak ngajak ngomong soalnya."

"Gue ada salah? Perasaan tadi pagi kita baik-baik aja?"

"Nggak ada, gue beneran nggak papa."

Starting from A Broken Heart [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang