.36. Bersalah (Lagi)

371 38 2
                                    

Gue nggak tahu. Apa pun yang lo ucap rasanya kaya palsu.

💮💮💮

Langkah Delan tergesa-gesa, kaki panjangnya bergerak cepat menyusuri lantai koridor. Dia panik, perasaannya tidak enak. Setelah semalam mereka resmi pacaran, dia tahu Mikaela pasti terluka. Ini semua karena plastik putih yang tergantung di tembok berisi dua bungkus nasi. Jika itu milik Naura, Delan pasti tenang. Sayangnya, plastik itu ada dua, yang satu punya Naura dan yang satu lagi bukan.

Jelas nama Mikaela langsung terlintas di otak Delan. Pikirannya kacau, rasa khawatir mulai muncul di dalam dadanya. Dia tidak menyangka Mikaela akan membelikannya makanan, apalagi melihat dua bungkus nasi, pasti niat gadis itu akan makan bersama. Dan Delan yakin, Mikaela meninggalkan plastik itu karena melihat dirinya dengan Naura.

Delan merasa bersalah sekarang. Meski nyatanya menyuruh Naura untuk membelikannya makanan itu karena tidak ingin Mikaela yang terluka akan merasa lelah. Delan hanya tidak tega menyuruh Mikaela karena keadaan gadis itu. Andai gadis itu tidak terluka pasti Delan akan memilih Mikaela.

Semoga, semoga saja Mikaela memahami dirinya.

"Mikaela!" Tubuh Delan menerobos masuk ke kelas gadis itu sampai-sampai teman sekelas Mikaela menjadikannya pusat perhatian. Tidak hanya itu, guru yang sedang mengajar pun menatapnya tidak suka.

"Kamu kenapa, Delan?"

Delan menggaruk tengkuknya, laki-laki itu meringis saat mendapati kursi Mikaela kosong. Kalau soal kursi Naura yang kosong Delan sudah tahu karena gadis itu dia tinggalkan sendirian di dekat toilet.

"Maaf, Bu, saya nyari Mikaela."

Guru perempuan itu menggelengkan kepalanya. Bukan sebuah rahasia lagi soal Mikaela dan Delan yang seperti kembar dempet, kemana-mana berdua bahkan sempat dikira pacaran.

"Masih pelajaran, tapi kamu udah nyariin? Kangennya nanti habis pulang sekolah 'kan bisa?"

Seluruh teman Mikaela tertawa kecuali Fasya dan Rose.

"Kalau gitu saya permisi, Bu."

Delan pergi, kembali menutup pintu kelas Mikaela dan berlari tidak tentu arah. Sekarang bukan cuma keadaan hati Mikaela yang Delan khawatirkan, tapi juga keadaan fisik gadis itu.

Ck. Delan berdecak kesal. Dia ingin marah kepada Rose yang tidak menemani Mikaela. Dia takut, takut kalau Mikaela sampai terluka lagi.

💮💮💮

Napas Delan memburu, badannya mulai berkeringat saat dirinya menghentikan langkah di depan pintu UKS. Ruang ini adalah ruang harapannya. Ruang pertama yang dia harap langsung menemukan keberadaan Mikaela.

Krek. Pintu mulai terbuka, Delan segera masuk ke dalam. Bibirnya menipis saat tirai menutupi ranjang perempuan. Delan pun menyibak tirai itu, senyumnya melebar karena benar-benar menemukan Mikaela terbaring di sana.

"Gue khawatir banget," lirih Delan sambil menyingkirkan anak rambut yang menutupi dahi Mikaela.

Gadis itu tampak damai dalam tidurnya.

Sorot mata Delan meredup saat menatap leher Mikaela yang tertutup plester. Diturunkannya sedikit selimut yang menutupi gadis itu dan dia mencoba mengecek keadaan lengan Mikaela.

Starting from A Broken Heart [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang