Setidaknya gue udah pernah mencoba jadi matahari buat orang yang lebih suka hujan.
💮💮💮
Untuk kesekian kalinya Clao melirik ponsel dalam genggaman tangannya. Sudah satu jam sejak janjinya bertemu dengan Mikaela untuk mengantarkan gadis itu membeli keperluan ujian, namun hingga detik ini sang gadis tidak juga muncul di hadapannya. Untuk kesekian kalinya pula Clao mencoba mengirimkan pesan singkat ke nomor Mikaela. Tapi, tetap saja tidak ada satu pun pesan yang dibaca.
Seketika perasaan cemas kepada Mikaela timbul begitu saja. Mengingat kemarin setelah mengantarkan Mikaela dia bertemu dengan Januar dan membahas soal orang yang disuruhnya sudah tidak lagi menganggu Mikaela karena gadis itu sudah meminta izin selama satu tahun untuk bersama Delan. Rasa khawatir itu langsung membuncah, secepatnya Clao menstater motornya dan menuju ke apartemen milik gadis itu.
Jika benar apa kata Januar kemarin, berarti orang yang meneror Mikaela akhir-akhir ini bukan orang suruhannya. Bukan orang dalam kelompok mereka. Dan jika benar itu semua, maka nyawa Mikaela dalam bahaya.
Sialan. Bangsat. Brengsek. Semua makian Clao keluarkan sepanjang jalan. Makian yang jelas dia tujukan untuk Delan dan juga dirinya sendiri.
Bisa-bisanya mereka lengah dalam menjaga sang putri. Bisa dipastikan, selain kehilangan gadis yang dicintai, mereka juga bisa kehilangan nyawa.
Clao segera mematikan mesin dan menyetandarkan motornya. Berlari dengan tergesa dia segera menuju ke lantai dan nomor kamar milik Mikaela.
"Mikaela!" Gedoran dia buat sekencang mungkin. Tiga kali dia memanggil Mikaela, namun si empu pemilik nama tidak kunjung menjawabnya.
"La, lo di dalam 'kan?!" Dia berteriak panik.
Penghuni apartemen lain seketika keluar dan mengintip. Mereka menatap Clao dengan wajah penasaran sekaligus takut karena sikap Clao yang terlihat kesetanan.
"Mas, maaf tapi penghuni udah keluar dari tadi." Salah satu ibu-ibu yang tinggal di unit depan apartemen Mikaela mencoba memberitahu.
Clao yang tadinya menghadap pintu milik Mikaela pun berbalik menatap ibu yang memberitahunya. "Dari tadi?"
"Iya," jawab ibu itu.
Clao semakin panik. Laki-laki berkaos hitam itu segera berlari menuju lift.
"Mbak, lihat cewek yang baru tinggal di sini semingguan?" tanyanya tidak bisa santai.
"Iya, dia sudah keluar sejak satu jam. Ada perlu apa nanti biar kami sampaikan?"
"Mbak boleh lihat CCTV? Saya butuh memastikan penjahat itu tidak menculiknya!"
Mendengar kata penjahat, wanita yang diajak bicara Clao pun menjadi panik. Wanita berusia dua puluhan tahun itu segera berlari mencari satpam untuk mengonfirmasikan apa yang Clao ucapkan.
💮💮💮
"Bajingan!"
Delan yang sibuk mengusap bahu Naura langsung terlonjak begitu mendapati makian dari Clao. Pasalnya, laki-laki itu tidak memberikan salam pembuka dan langsung memaki dirinya tanpa sebab.
KAMU SEDANG MEMBACA
Starting from A Broken Heart [End]
Teen FictionDimohon dengan sangat untuk follow akun ini terlebih dahulu💛 Kenapa? Karena kalau up cerita biar ga ketinggalan dan juga demi kebaikan bersama. 16+ Di bawah itu jangan baca ya 😂 . . . Mikaela dan Delan, siapa yang tidak mengenal mereka? Bak putri...