.45. Berakhir?

521 60 9
                                    

Lo tahu, sakit yang lebih sakit itu bukan saat lo patah hati, tapi saat lo kehilangan arah dan arti hidup lo saat ini.

💮💮💮

Pagi menjelang, mengantarkan tubuh penuh rasa pegal dan mata berat milik Mikaela yang terpaksa dia gunakan untuk berangkat ke sekolah. Dengan dibonceng motor Clao, mereka menyusuri jalanan pagi yang cukup ramai anak-anak berseragam.

Begitu sampai di parkiran sekolah, Mikaela segera turun dan meletakan helm bulat berwarna coklat dan putih di boncengan motor Clao.

"Makasih," ucapnya tulus. Clao tersenyum membalas. Laki-laki itu pun mendorong pelan bahunya agar berjalan ke kelas.

"Gue nggak kelihatan abis nangis 'kan?"

Clao tampak meringis, menggusap tengkuknya dengan sedikit canggung. Dari sikapnya itu jelas Mikaela langsung paham jika make up yang dia gunakan tidak menutup sempurna wajahnya. Padahal dia sudah menggunakan cukup banyak agar bekas tangis itu tertutup bahkan hilang tanpa jejak.

"Lo cantik," kata Clao. Nadanya dingin, tapi errr rasa ngilunya sampai ke hati.

"Lo sadar ngegombalin siapa?"

Mikaela refleks berbalik, matanya bersitubruk beberapa detik dengan mata Delan sebelum akhirnya dia memilih mengalihkan tatap ke cengkeraman tangan Delan di lengan Clao. Igatan tentang goresan di lengannya karena kuku Delan terlintas begitu saja. Rasa takut jika Delan melukai Clao tiba-tiba terlintas.

"Pagi-pagi udah dateng, tumben?" Clao malah mengalihkan topik.

Tampak jelas tangan Delan semakin kuat mencengkram lengan Clao.

"Lo kenapa bisa bareng pacar gue?"

"Oh, nggak tahu juga. Tanya coba!"

"Bangke, lo-"

"Lan, kok ditinggalin sih?"

Semua mengalihkan tatap pada gadis dengan wajah manyun dan menggerutu di sebelah Delan.

Sumpah, Mikaela ingin mati saja sekarang karena harus bertemu dengan dua orang yang dia hindari hari ini di satu tempat yang sama. Lukanya yang masih basah bak tersiram air garam saat tahu makna kalimat yang Naura katakan.

Mereka berangkat bersama.

Kita garis bawahi.

Mereka berangkat bersama.

Fakta yang sangat amat membuatnya bahagia di pagi ini.

"Lo duluan aja ke kelas." Suara Delan menyadarkannya, laki-laki itu tampak mendorong lembut Naura agar si gadis segera enyah dari sana.

"Kok, lo mau ngapain?"

"Ada urusan sama mereka. Bisa sendirian?"

Naura mengangguk, matanya kemudian menatap Mikaela yang juga memperhatikan gadis itu. Senyum Naura terlihat jelas bagi Mikaela, senyum yang sedang meremehkan dirinya.

"Mikaela, ikut gue bentar bisa? Gue mau lanjutin kemarin. Gue belum selesai buat-"

Masa bodo. Mikaela memilih mengikuti langkah Naura dan meningkatkan dua laki-laki itu di sana.

Starting from A Broken Heart [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang