.1. Pernyataan

2.3K 124 0
                                    

Keberanian itu perlu, tapi juga harus menggunakan perhitungan tepat. Ash, sial! Gue anak IPS, mana ngerti tentang peluang!

💮💮💮

Mikaela berlari kencang menjelajahi koridor SMA Angkasa. Tungkai jenjang berlapis kets itu menapak dan melayang dengan begitu cepat. Ini karena Pak Dodo yang terlalu semangat menceritakan sejarah, dia membuat Mikaela kewalahan karena harus segera sampai parkiran sebelum Delan meninggalkannya lagi.

Riuh koridor dia abaikan. Mikaela tetap berlari bahkan menyenggol beberapa siswa lain. Gerutuan dan makian tentu dia terima, tapi Mikaela memilih abai.

Mikaela tidak suka jika ada siswa yang menyusahkan seperti sekarang. Bukannya cepat pulang, mereka justru menggerombol atau bahkan ada yang berpacaran. Ck, tidak tahukah mereka jika jiwa jomblo Mikaela meronta? Bahkan ketika melewati sepasang anak baru gede yang berduaan, Mikaela sengaja pura-pura menyenggol kaki mereka, atau kalau perlu dia sengaja lewat di tengah-tengah mereka.

"Mikaela sinting!" teriak Rose teman sekelasnya.

Mikaela hanya tersenyum miring menatap Rose sambil berteriak, "Makanya pacaran ditempatnya, jangan di sekolah, Bege!"

Larinya pun berlanjut hingga ia tiba di parkiran, tepat di depan Delan.

"Terlambat lima menit," kata Delan sambil menatap jam di pergelangan tangannya.

Mikaela masih terengah, kedua tangannya bertumpu di lutut dengan dada naik turun. "Gue udah lari kenceng, De. Tapi pak Dodo lambat banget!"

"Ck. Makanya ambil IPA biar cepet pulang."

Mikaela langsung berdiri tegap. "Nggak salah? Helooo, gue telat pulang seminggu paling dua kali, ya! Beda sama lo yang seminggu sampe empat kali!"

"Tapi lo nungguin," jawab Delan santai.

Ash, sial! Mikaela gugup karena bingung memikirkan alasan.

"Ya karena ...."

"Karena apa?"

"Gue suka lo, Delan!" ceplos Mikaela. Tangannya langsung menepuk mulut comelnya.

"Suka?" tanya Delan dengan senyum jahil. "Gue nggak mungkin suka sama sahabat gue, Mikae. Bercanda deh lo!"

Tawa Delan menggelegar, tangannya menepuk kepala Mikaela dengan lembut beberapa kali.

Ih, kenapa Delan tidak serius menganggap ucapannya? Padahal Mikaela serius tentang perasaannya. Rasanya kok nyeri? Seperti ingin menangis.

"Delan?" panggil Mikaela.

Delan menatapnya, tawa menyebalkan itu sudah berhenti beberapa saat lalu. "Hm?"

"Gue beneran suka," ucap Mikaela, kedua tangannya bertautan dan saling cubit sebagai penghilang gugup.

Delan terdiam sebentar sebelum akhirnya kembali tertawa keras. "Gue baper deh, Mikae!" ujarnya sambil tertawa. Kemudian tawanya terhenti, Delan menatap seseorang yang melintas di depan mereka menggunakan motor Scoopy merah.

"Dia anak baru?" tanya Delan yang jelas Mikaela angguki.

"Dia anak kelas gue, duduk bareng gue sih. Naksir, ya, lo?!" ejeknya dengan tawa sinis.

Starting from A Broken Heart [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang