.6. Keributan Pertama

711 90 2
                                    

Cukup tahu diri dengan tidak memaksakan. Gue tahu batasan kalau Lo udah milik dia.

💮💮💮

Mikaela tidak pulang ke apartemen Delan malam ini. Gadis itu memilih pulang ke rumahnya karena memang kabar dari bibi bahwa orang tuanya telah pergi. Mikaela memang tidak suka sepi, tapi Mikaela juga tidak suka ketika orang tuanya di rumah. Mereka berdua hanya membuat keributan dan itu lebih menyesakkan untuk Mikaela dengar.

Malam ini begitu sepi, sepulang sekolah tadi Mikaela cukup senang karena ada bibi yang menemaninya. Tapi, hanya sampai sore hari saja. Para pekerja di rumahnya kecuali satpam akan pergi tepat pukul 5 sore setelah semuanya selesai.

Memandang luaran rumah dari balkon kamarnya memanglah hal yang paling menyenangkan untuk dipilih saat ini. Udara yang sejuk dan bintang yang kemerlip di atas sana menambahkan senyum Mikaela semakin melebar. Sayangnya, hal itu tidak berlangsung lama. Gadis itu kembali murung saat mengingat soal Delan dan Naura.

"Gue cemburu, De. Gue sayang sama lo," gumamnya. Air mata itu tidak mampu Mikaela bendung lagi, dia menangis meratapi nasibnya yang entah kenapa jelek sekali.

Dia hanya ingin Delan tahu dan peka bahwa ucapan suka dan sayang Mikaela itu benar-benar ucapan tulus karena Mikaela mencintai Delan. Tapi, Delan justru menganggapnya hanya sebuah candaan.

Isak Mikaela semakin keras saat dirasa perutnya melilit bukan main.

Astaga, Mikaela harusnya sudah sedia obat karena kenekatannya memakan ayam geprek level tiga! Apalagi dia juga memakan dua bungkus mie instan karena kemarin malam dia tidak tega dengan mie instan yang disia-siakan Delan.

Dengan tertatih, Mikaela masuk kembali ke dalam kamarnya. Gadis itu mencengkeram erat bagian perutnya karena perih bukan main. Napas Mikaela bahkan memburu, keringatnya mulai keluar karena tidak juga menemukan obat di kotak penyimpanan miliknya.

"Sial, obatnya abis!" Gadis itu meringis ngilu. Mikaela menatap sejenak ponsel yang dia letakan di atas malas dekat dengan kotak penyimpanan miliknya.

Jalan satu-satunya untuk mendapatkan obat hanya Delan. Mikaela harus menghubungi Delan. Namun, sampai gadis itu duduk meringkuk karena sakit, tangannya tidak juga meraih ponsel untuk menghubungi Delan.

"Gue harus terbiasa tanpa lo 'kan, De?" lirihnya dengan tangis semakin menjadi-jadi.

"Sakit banget."

Mikaela tidak kuat, gadis itu jatuh pingsan di dekat nakas di atas lantai yang dingin dengan pintu balkon terbuka lebar.

💮💮💮


"Ya ampun, Non Mikaela!"

Pagi-pagi sekali Buk Asih salah satu pekerja di rumah Mikaela dibuat panik karena menemukan sosok Mikaela yang tergeletak pucat di atas lantai. Cepat-cepat Bik Asih memindahkan tubuh gadis itu ke atas ranjang. Meski sudah cukup tua, kekuatan Bik Asih cukup besar untuk memindahkan Mikaela.

Wajahnya semakin khawatir saat menyentuh kulit sang nona yang sudah begitu panas. Dengan tergesa, Bik Asih segera memakainya selimut tebal dan menutup pintu balkon kamar Mikaela.

"Non Mikaela panas, tolong siapin bubur dan buahnya. Saya mau pergi beli obat, obat di kamar non Mikaela habis!" ucapnya dengan begitu panik.

Starting from A Broken Heart [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang