Kumbang saja tidak akan mengganggu kalau tidak diganggu. Tapi, kenapa manusia selalu mengganggu terlebih dulu?
💮💮💮
Hebohnya anak-anak karena meja Mikaela yang berdarah sampai juga ke telinga para guru. Murid-murid dibubarkan kecuali Mikaela, Delan dan Clao. Kenapa? Karena hanya tiga anak itu yang bajunya terkena cukup banyak darah, terutama Delan.
Pak Hamdan sebagai guru kesiswaan kembali berhadapan dengan tiga orang siswanya ini. Beliau mengajak ketiga siswanya untuk masuk ke dalam ruang kesiswaan.
"Kemarin loker, sekarang meja. Jangan bilang mejanya juga punya Mikaela?"
Pak Hamdan menatap ketiganya penuh selidik. Dia sendiri sebenarnya heran karena selama mengajar di sini, tidak pernah ada kejadian teror hingga separah ini.
"Itu memang meja saya, Pak," jawab Mikaela.
Gadis itu selalu menggenggam tangan Delan yang kini menatap tenang sang guru kesiswaan. Sedangkan Clao justru hanyut dengan dugaan yang ada dalam otaknya. Dia seolah berkerja dalam diam mencari sesuatu yang mengarah kepada siapa pelaku sebenarnya.
"Kemarin kamu sempet bilang, Naura. Apa perlu dia kita panggil?"
"Nggak usah, Pak."
Mikaela menatap Delan, dahinya mengernyit heran karena nada bicaranya yang seperti tidak suka jika Naura terlibat. Tapi, kenapa? Kalau seandainya benar-benar gadis itu pelakunya, bagaimana?
"Pak, ayo cek CCTV ruang kelas!" ucap Clao.
Pak Hamdan, Delan, dan Mikaela langsung menatapnya. Tanpa berkata, Pak Hamdan segera berdiri dan keluar ruangan, tentunya Delan, Mikaela, dan Clao langsung mengikuti.
💮💮💮
Ruang kelas terlihat sepi, pintu tertutup rapat setelah semua murid pulang meninggalkan ruangan. Detik berlalu, tidak ada yang terjadi selain hening. Namun, tepat pukul 1 malam, CCTV mulai aneh. Garis-garis dan titik-titik putih menutupi membuat CCTV tidak merekam apa pun pada 15 menit kemudian. Setelah itu, CCTV kembali normal.
Stop.
Petugas penjaga CCTV memberhentikan rekaman sesuai perintah Delan. Mereka semua diam menunggu laki-laki itu berbicara sesuatu menyampaikan alasannya menyuruh seperti itu.
"Kenapa di-stop? Kita belum menemukan darah itu di meja Mikaela," tanya Pak Hamdan.
Delan menatap Clao sejenak, mencoba mengonfirmasikan isi pikirannya. Setelah mengerti kode itu, Delan menatap Mikaela, tersenyum lembut seolah menenangkan hati sang gadis.
"CCTV itu udah disabotase tepat saat garis dan titik-titik putih muncul selama 15 menit."
"Tapi, nggak terjadi apapun, De?" Mikaela bertanya. Dia masih bingung alasan kenapa disabotase sedangkan tidak ada tujuannya.
Delan mengangguk membenarkan. "Itu kesimpulan awal. Kita lanjut lihat sampai ada darah di meja lo."
Lanjut.
Ruang kelas pada dini hari terlihat semakin mencekam. Ketenangan itu justru terasa mengerikan jika kalian di sana sendirian. Tidak ada yang terjadi sampai pukul 3 dini hari. Semua di ruangan sampai heran karena jarak sabotase dengan kejadian darah itu terlalu lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Starting from A Broken Heart [End]
Teen FictionDimohon dengan sangat untuk follow akun ini terlebih dahulu💛 Kenapa? Karena kalau up cerita biar ga ketinggalan dan juga demi kebaikan bersama. 16+ Di bawah itu jangan baca ya 😂 . . . Mikaela dan Delan, siapa yang tidak mengenal mereka? Bak putri...