.18. Meja Kotor

483 61 0
                                    

Hujan itu terus datang meski tahu jatuh itu sakit. Makanya, gue nggak mau jadi hujan.

💮💮💮

Pagi yang cerah mengawali hari Mikaela. Gadis itu terbangun tepat saat sinar matahari berhasil menyinari wajahnya. Dia beranjak, menggoyang kecil tubuh Delan yang tidur di kasur lantai. Tampak damai dan tampan ketika Mikaela menatap wajahnya. Bahkan laki-laki itu masih sama seperti pagi biasanya, atau malah semakin tampan setiap harinya?

"De, bangun sekolah." Mikaela mengusap matanya yang setengah mengantuk.

"De, nanti telat berangkat."

Delan mengubah posisi tidurnya menjadi membelakangi Mikaela. Gadis itu mendengus gemas dengan tingkah si laki-laki.

"Delan, gue tahu lo udah bangun." Mikaela menyingkirkan selimut Delan. "Ngga bangun sekarang?"

"Bentar, Mikae."

"Okey," jawab Mikaela dengan nada lembu. Kemudian dia berdiri dengan kedua tangan bertengger di pinggang. "Gue siram. Gue hitung sampe tiga, ya, De?"

"Ash, iya ini bangun!" Delan tampak kesal. Laki-laki itu mendudukkan dirinya dengan mata masih setengah terpejam.

"Mandi!"

Matanya dipaksa terbuka, dia menatap Mikaela yang masih menggunakan baju tidur motif panda. Seketika, decakan sebal keluar lagi dari mulut Delan. "Lo aja belum mandi!"

"Harusnya bangunin gue bisa abis lo mandi, Mikaela...."

Baru saja mulut Mikaela terbuka untuk mengomeli Delan. Namun, semuanya terpaksa dia urungkan karena bel apartemen dan juga ketukan pintu yang berbunyi. Mikaela segera keluar dari kamar, kemudian berbalik masuk ke kamar lagi. "Mandi, gue buka pintu!"

Setelahnya, Mikaela menuju ke pintu utama. Gadis itu berdecak saat menatap jam yang masih menunjukkan pukul setengah enam pagi. Siapa pula yang bertamu ke apartemen anak muda sepagi ini?

Klek. Pintu terbuka, tapi sebelum Mikaela membukanya lebih lebar, pintu itu sudah lebih dulu di buka oleh si tamu. Suara hak yang bersentuhan dengan lantai terdengar nyaring seiring langkah tamu itu semakin masuk.

"Kecil, tapi hebat juga kamu betah tinggal di sini."

Mikaela mengepalkan tangannya kuat-kuat. Matanya menatap tajam pada wanita yang dengan lancang masuk ke apartemen Delan. Mikaela pikir mamanya tidak akan senekat ini untuk bertamu ke tempat pelarian milik Mikaela.

"Kamu nggak ngerasa gatel tidur di apartemen sekecil dan sepanas ini?" Mega tersenyum dengan wajah begitu mengejeknya. "Jangan bodoh, Mikaela. Dia nggak akan bikin kamu aman."

"Maksud Mama apa?!"

Bukannya menjawab, wanita itu justru terkekeh dan kembali berkeliling di apartemen Delan.

"Di mana dia? Masih tidur? Atau mandi?" Mega kembali bertanya. "Kalian nggak lakuin hal lebih, bukan? Tapi, Mama nggak yakin."

Mikaela tidak tahu harus bagaimana menanggapi Mama-nya. Dia hanya tidak ingin keributan ini memancing Delan yang terganggu atau bahkan tetangga apartemen Delan yang ikut terganggu.

Starting from A Broken Heart [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang