Inget rumus usaha nggak sih? Pasti lupa, lo 'kan kebanyakan gaya.
💮💮💮
Hari ini tepat pukul empat subuh, Mikaela sudah terbangun. Gadis itu mengusap kedua kelopak matanya menatap ruang sekitar yang masih gelap karena sinar matahari belum menampakan diri. Dia mendengus saat menatap ponsel yang menyala.
Ada alarm pengingat tugas dan dia belum mengerjakan tugasnya.
Menegakkan tubuh, sedikit mengulet, kemudian turun dari tempat tidur. Hal pertama yang dia lakukan adalah ke kamar mandi untuk menyegarkan diri. Kebetulan di apartemen baru Delan kamar mandinya hanya ada satu di dekat dapur.
Klek. Mikaela keluar dari dalam kamarnya, matanya menatap sejenak pada pintu di sebelah kamarnya. Dia tersenyum tipis berharap Delan tidur dengan nyenyak.
Langkahnya berlanjut menuju ke dapur, dia berniat minum sebentar, tapi semuanya tidak jadi, dia berhenti begitu melewati sofa di depan televisi.
Tata ruang apartemennya memang sederhana. Sofa ruang tamu ada di depan dua pintu kamar tidur, sofa itu terletak satu meter dari pintu, kemudian dua meter di depannya ada nakas dengan televisi di atasnya.
Tepat di sofa itu ternyata ada Delan yang tertidur. Laki-laki itu menggenggam erat korek api.
Mikaela mendekat, berjongkok untuk mengambil korek yang Delan bawa. Korek apik yang sudah habis, berwarna putih dengan ukiran unik. Jika saja korek itu korek api biasa, Mikaela pasti akan langsung membuangnya. Untungnya dia tahu jika korek itu bisa diisi ulang.
"Ada masalah apa hm?" tanyanya pelan, dia mengusap lembut rambut Delan yang menutupi dahinya.
Wajahnya di dekatkan kepada Delan. Hidungnya mengendus, kemudian mendengus begitu aroma tembakau tercium begitu pekat.
"Sebanyak itu? Gue lupa kapan terakhir lo begini, De. Ini sama aja kali pertama setelah sekian lama."
💮💮💮
Mikaela, gadis yang rambutnya sengaja digerai dan sudah lengkap dengan seragam sekolahnya. Mikaela memutuskan untuk meninggalkan Delan tadi subuh dan tetap melanjutkan aktivitas mengerjakan tugasnya. Begitu dia keluar berniat membuat sarapan, setelah itu mandi, Delan sudah tidak ada di sofa.
Mungkin Delan sudah pindah ke kamarnya.
"Pagi!" Delan mendudukkan diri di kursi sebelah Mikaela.
Mikaela yang duduk dan sedang mengunyah nasi gorengnya mengangguk singkat.
Delan ikut memakan nasinya. Sangat lahap dan terkesan normal. Sayangnya, Delan ketahuan subuh tadi, tingkah sok normalnya jelas tidak bisa membohongi Mikaela.
"Ada masalah, ya?" Mikaela bertanya dengan tangan sibuk mengelap sekitar bibirnya.
Delan menggelengkan kepalanya. "Aman kok!" Dia mengacungkan ibu jari kanannya.
Mikaela ingin mengatakan jika dia tahu Delan merokok semalam. Dia ingin mengatakan jika sebaiknya Delan jujur saja, ceritakan semuanya kepada Mikaela, tapi Mikaela memilih bungkam. Mungkin belum saatnya.
"Kalau ada apa-apa inget rumah, ya, De?"
💮💮💮
Kelas cukup ramai. Perbincangan tentang Mikaela dan Naura berdebat soal Delan kemarin tersebar dan menjadi topik yang begitu menyebalkan.
Clao sampai hari Senin ini belum juga berangkat sekolah. Dia hanya bisa tersenyum pada Rose dan juga tertawa bersama Daga karena laki-laki itu mengajaknya berbicara tentang hal lucu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Starting from A Broken Heart [End]
Teen FictionDimohon dengan sangat untuk follow akun ini terlebih dahulu💛 Kenapa? Karena kalau up cerita biar ga ketinggalan dan juga demi kebaikan bersama. 16+ Di bawah itu jangan baca ya 😂 . . . Mikaela dan Delan, siapa yang tidak mengenal mereka? Bak putri...