21. Seperti Anak Kecil

545 52 0
                                    

Dara mendongak saat Davin menyerahkan beberapa bungkus yang entah apa. Tadinya, laki-laki itu bilang ingin mengambil barangnya yang ketinggalan di sepeda motor, begitu datang, laki-laki itu langsung menyerahkan barang yang diambilnya pada Dara.

"Mas-ker Or-ga-nik." eja Dara lalu menatap laki-laki yang masih berdiri didepan mejanya.

"Nanti malam, kalau mau tidur, dipakai." perintahnya sambil tersenyum manis. Dara pikir Davin segera pergi setelah itu, laki-laki itu malah memutari mejanya dan menggerakan kursi Dara agar menghadap ke arahnya. Dara sedikit canggung saat Davin membungkuk menyetarakan posisi wajah mereka agar sejajar.

Dara menelan liur mendinginkan perasaannya yang mendadak aneh. Diruangan ini memang masih kosong karena pegawai belum ada yang datang, namun penjaga CC TV siap melaporkan kelakuan mereka berdua jika melakukan hal yang aneh. Apalagi, mereka berdua sepakat agar tidak memberitahukan soal pacaran ini pada siapapun, khususnya Davina. Perempuan yang satu-satunya Dara miliki itu sudah mengultimatuminya agar tidak terjerat hubungan tak masuk akal yang namanya pacaran.

Davina bilang, pacaran itu tidak ada untungnya. Jika ada laki-laki yang mengingingkan dirinya, langsung saja ijin memperistri Dara. Kata perempuan itu juga, pacaran itu bukan cinta, tapi hanya sekedar suka.

Tapi, entahlah bagaimana Dara begitu tak enak hati saat Davin mengutaran perasaannya dengan sorot mata tulus minggu lalu. Jauh direlung terdalam, Dara juga yakin kalau perlakuan Davin, pujian, semuanya sudah menjadi kode kalau teman kecilnya itu memang menyukainya.

"Dav..." lirih Dara sepelan mungkin karena wajah Davin hanya sejauh panjang pensil yang telah di raut dari wajahnya.

Davin tersenyum sambil memegang kelopak bawah mata Dara. Membuat Dara sedikit terkejut, pasalnya mereka selama ini hanya berani berpegangan tangan dan merangkul, tidak yang lainnya.

"Dav ini lagi dikantor." peringat Dara lalu menarik kepalanya ke belakang. Memberi jarak yang cukup lengang dari wajah Davin.

"Sorry Dar." katanya lalu tertawa tipis. "Aku nggak akan ngelakuin hal berlebihan tanpa seijin kamu. Aku cuma mau kasih tau kalau mata kamu itu kaya mata panda. Pasti kamu begadang lagi tadi malam?" jelasnya disisa tawa menyaksikan bagaimana reaksi ketakutan yang Dara tampilkan barusan.

"Sorry Dav." ucap Dara balik. Kali ini dirinya yang diterpa malu gara-gara mengira Davin akan melakukan hal-hal yang tidak akan pernah Dara lakukan dengan laki-laki yang bukan suaminya.

Well, meski sebagian orang menganggap ciuman itu hanya sekedar memberitahu kalau kamu menyayanginya, namun bagi Dara, menyium seorang pria yang baru berubah status jadi pacarnya sama saja berkhianat dengan laki-laki yang benar-benar pemilik tulang rusuknya.

Bukan berarti saat ini dirinya tidak berharap Davin kelak menjadi masa depannya, hanya saja Dara masih percaya bahwa takdir tidak bisa ditebak, waktu berubah cepat, berpikir sebelum melakukan sesuatu itu sudah menjadi aturan main dalam hidup Dara.

Pernah mendengar yang namanya first kiss kan? Seberapa pun menghindari yang namanya pergaulan bebas seperti kaum muda lainnya, Dara tak cukup buta mengenai hal itu.

Kadang Dara berpikir apa yang dipikirkan seorang perempuan yang pernah berciuman dengan pacarnya yang ternyata bukan suaminya dimasa depan? Sekilas mungkin tidak terlalu fatal, namun mengingat betapa perempuan makhluk pengandal perasaan, apakah hal itu tidak berpengaruh pada otaknya saat dia melakukan hal yang sama dengan pria lain, entah pacar selanjutnya ataupun suaminya.

Tidakkah menyesal, seandainya saja hal seromantis itu dilakukan pada satu pria yang benar-benar serius dan sudah menjadikannya istri didepan khalayak. Yang namanya jodoh itu kan kalau sudah terikat tali pernikahan, nah pacaran...

Dewa Untuk Dara [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang