KESALAHAN, semua orang pasti pernah melakukan itu dalam hidup mereka. Sebaik dan sesempurna apapun, luput dari kesalahan rasanya adalah hal yang mustahil untuk makhluk hidup yang namanya manusia.
Dara menatap jutaan bintang yang berkelap-kelip diatasnya. Udara malam membuat perempuan yang sebentar lagi genap berusia 22 tahun itu bersedekap untuk menghalau angin dari pantai yang berusaha masuk menembus jaket tebalnya. Disebelahnya, seorang pria dengan aroma vanilla berdiri. Dara sadar laki-laki itu tengah menatapnya sejak mereka berhenti tadi.
"Aku nyesel, udah marah-marah nggak jelas waktu itu sama kamu. Kamu mau maafin aku kan Dar?" katanya pelan.
Dara menoleh, menatap balik laki-laki itu sambil tersenyum tipis. "Udah kok. Aku juga nggak marah gara-gara waktu itu. Malahan aku bingung..." sahut Dara lalu tertawa menenggelamkan matanya yang nyaris terlihat segaris. "Santai aja kali Dav. Ekspresi kamu nggak usah kayak berhadapan sama rentenir gitu dong..." lanjut Dara masih terkekeh sambil menepuk-nepuk pundak Davin pelan.
"Makasih yaa Dar. Miss you..." Davin tersenyum lebar. Belum sempat Dara membalas untuk mengatakan 'Ya', laki-laki itu sudah memeluknya dengan terburu-buru. Tak berusaha melepas, Dara hanya menghela nafas seraya menepuk-nepuk belakang teman kecilnya itu pelan. Sebenarnya beberapa hari ini ia juga merasa aneh hubungan mereka mendadak berhenti, tak ada komunikasi sama sekali. Meski kesal dengan sikap Davin yang kekanakan, Dara tak bisa menepis hidupnya sunyi tidak mendengar suara teman lama yang baru kembali ditemukannya itu.
"Miss you too anak gajah..." balas Dara sambil tertawa tipis setelah hampir dua menit mereka berpelukan.
"Kabar nenek gimana?" tanya Davin. saat mereka sudah pulang dari tepi pantai dan singgah disalah satu resto menuju rumah Dara.
Belum menjawab, Dara yang masih mengunyah bistik dimulutnya langsung menelan daging itu, lalu minum untuk memulai bicara. "Bukannya kamu-"
"Iya." sahutnya cepat sambil tertawa meski Dara belum selesai mengatakan seluruh kalimat pertanyaannya. "Aku ngerti kok kenapa nenek kamu ngelarang yang macam-macam." lanjutnya lalu langsung menyuap potongan daging yang sudah menempel digarpunya.
Dara hanya mengangguk tanpa bertanya apa-apa lagi melihat kalau Davin terlihat santai dan tak ada masalah Davina tahu soal hubungan mereka.
"Besok, kita berangkat sama pulang bareng lagi yaa." katanya tanpa menatap. Tak menjawab, Dara hanya berdehem mengiyakan. Setelah selesai, mereka beradu mulut sebentar. Dara menolak untuk dibayarkan.
"Nggak usah Dav." tolak Dara seraya menyerahkan uang ditangannya ke genggaman pria itu. "Aku pulang naik taksi kalau kamu yang bayarin-" kata Dara lagi tertahan sambil menatap Davin. Ia sama sekali tidak sadar kalau kasir yang bertugas diresto itu tersenyum-senyum menyaksikan pertengkaran kecil mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dewa Untuk Dara [✔]
FanfictionDara selalu percaya pada hukum alam tentang makna pertemuan pertama, kedua, hingga ketiga dengan orang yang sama. Ia percaya, setelah itu akan ada pertemuan berlanjut hingga tidak tahu bagaimana akhirnya. Pertemuannya dengan Dewa, Pimred tampan dan...