Dara tidak menebak sama sekali kalau Davin bukan hanya mengajak dirinya berkunjung ke rumah Bu Rita. Tapi Sinta juga. Dia bilang, Darren mencari dirinya, sedang tantenya itu mencari Sinta.
Bukannya ia cemburu atau tidak suka, hanya Dara merasa aneh saja melakukannya. Bagaimana pun Sinta bukan pegawai biasa seperti Katrina atau Bu Dewi, dia pernah menjalin hubungan begitu dekat dengan Davin, dan masalahnya masih berharap.
"Yeee Kak Dara datang lagi!" teriak Darren menyambutnya hangat. Dara tak menyangka anak kecil itu begitu menyukainya, padahal mereka hanya sekali bertemu. Mungkin karena hampir seharian Dara menemaninya.
Mereka masuk, Dara digandeng Darren, sedang Sinta disambut Bu Rita dengan akrabnya. Didalam, Davin sudah datang rupanya, bahkan laki-laki itu sudah tampak mengganti bajunya dengan kaos santai lengan pendek hitam.
"Bentar yaa... Tante ambilin minum. Duduk sama ngobrol aja dulu." kata Bu Rita ramah lalu berlalu masuk. Dara menatap Davin yang juga menatapnya, lalu beralih pada Sinta yang menunduk menatap lantai ubin putih yang bersih mengkilat, terakhir menatap Darren yang duduk manis disebelahnya.
"Dasar kecil-kecil genit. Kak Dara itu sudah ada yang punya, jangan di deket-deketin." Dara mendelik menatap Davin yang asal bicara pada Darren. Untungnya anak Bu Rita itu tidak bertanya, ia hanya mengeluarkan lidahnya memeleti Davin.
"Kamu punya pacar Dar? Nggak nyangka, kirain jomblo. Kerja dimana dia?" tanya Sinta tak berselang lama.
Dara menelan liur mencoba memasang wajah sebiasa mungkin sebelum menoleh pada perempuan yang duduk disebelahnya.
"Eh- sembarangan kalau ngomong!" tak menyahuti Sinta, Dara melempar bantal dibelakangnya menimpuk Davin yang tampak terkejut, mungkin ikut panik dengan pertanyaan Sinta. Selama ini, Davin yang begitu takut kalau hubungan mereka diketahui pegawai. Katanya takut mereka berdua jadi bahan bully.
"Beneran Dar?" kata Sinta yang masih penasaran rupanya, lalu perempuan itu malah berpindah tempat ke sebelah Davin. "Kalau gitu aku tanyain Davin aja, pasti kamu tahu dong pacarnya Dara siapa?" katanya. Dara membuang mata dari dua orang itu, biarlah Davin yang menyelesaikan ucapan yang tidak ia jaga itu.
"Kita main balap-balapan nyusun puzzle yuk kak. Biarin aja Kak Davin sama Kak Sinta kan mau pacaran." ajak Darren yang Dara sambut dengan anggukan sekaligus cengiran yang diarahkannya pada Davin yang masih diinterogasi. Ia dan Darren pun berlalu agak jauh dari sofa, tempat mainan Darren berhamburan kesana kemari.
"Ya ampun Adek... Kak Dara baru datang, belum minum, sudah diajak main." baru sampai, Bu Rita datang dari arah dapur sambil membawa nampan kue dan minuman. "Dara kamu minum dulu gih... Darren ini memang..." lanjutnya memarahi lembut anaknya.
"Nggak papa Kok Bu Rita. Nanti saya kalau haus kesana." sahut Dara sedikit mengeraskan suaranya.
"Panggil Tante aja Dar." ucapnya lalu tertawa, begitupun Davin dan Sinta.
Sambil fokus menyusun puzzle seukuran buku gambar 3A bertema pemandangan, Dara mendengarkan obrolan ketiga orang yang sekarang duduk disofa. Bukannya berniat menguping, Dara yakin Darren pasti juga mendengarkannya. Hanya saja bocah itu tidak terlalu mencerna, beda dengan dirinya.
"Jangan-jangan semenjak tante nggak kerja lagi, kalian sudah jadian?" kata Bu Rita. Dara memegang puzzle yang akan dipasangnya terdiam, tentu saja ia harus mendengarkan obrolan tiga orang itu. Ini sedikit berhubungan dengan dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dewa Untuk Dara [✔]
Fiksi PenggemarDara selalu percaya pada hukum alam tentang makna pertemuan pertama, kedua, hingga ketiga dengan orang yang sama. Ia percaya, setelah itu akan ada pertemuan berlanjut hingga tidak tahu bagaimana akhirnya. Pertemuannya dengan Dewa, Pimred tampan dan...