47. Hampir Tidak Percaya

1K 89 3
                                    

SEMALAMAN Dara berkutat dengan pemikirannya sendiri. Bahkan ketika ayam tetangga berteriak, ia pun masih tak habis pikir dengan semua kalimat yang diucapkan teman kecilnya itu.

Bagaimana bisa?
Bagaimana bisa?
Bagaimana bisa?

Davin mengatakan semuanya tadi malam. Orang mabuk memang tidak bisa mengontrol kelakuan dan ucapannya secara normal. Namun bagaimana bisa Davin mengatakan hal seekstrim itu malam tadi. Dan yang tak Dara percayai adalah ia sama sekali tak sadar jika Pak Samsir yang ikut mendengar celotehan Davin langsung menelfon polisi. Jadilah malam tadi ia pulang dalam keadaan linglung, sedang Davin yang masih mengoceh digelandang polisi ke kapolres.

Karena memang masuk kategori larut, polisi menyuruhnya datang pagi ini.

"Haishhhh!" Pekik Dara sambil mengacak-acak rambutnya sendiri. Sejak pulang tadi malam, seperti inilah dirinya. Duduk bersandar dikepala ranjang, menekuk kedua lutut rata, dan meletakan dagunya disana.

Jika ia tidak percaya Dewa yang menusuk Davina, maka kali ini Dara berpikir mustahil Davin yang melakukannya. Dara mengenal Davin, bahkan ia sudah menganggap laki-laki itu sebagai saudaranya sendiri.

Bagaimana bisa?

Hubungan mereka juga baik-baik saja. Tak ada masalah, ia dan Davin sama-sama terbuka. Tapi kenapa?

Belum habis masa tenangnya, kini muncul masalah baru yang jauh lebih membuatnya hampir kehilangan akal.

Turun dari ranjang, Dara langsung beranjak ke kamar mandi. Mungkin ia perlu memijat kepalanya untuk relaksasi dan mengendurkan urat-urat diwajahnya agar tak tegang seperti ini.

Sarapan selapis roti tawar, segelas susu, lalu langsung menghubungi Pak Samsir untuk menjemputnya. Supir taksi itu juga menjadi saksi Davin mengatakan semua nya.

"Anda tidak perlu menjelaskan apa-apa mengenai apa yang dikatakan Pak Davin tadi malam. Kami sudah menginterogasinya dan merekamnya disini..." Dara sedikit tercengang karena begitu ia duduk dihadapan kepala Polisi di kantor itu.

"Iya Pak. Lalu?" Tanya Dara masih tidak mengerti. Ia masih belum yakin Davin tadi malam mengatakan hal yang benar. Laki-laki itu dalam keadaan mabuk berat.

"Jadi menurut bapak, apa yang dikatakan Davin itu benar? Bukankah dia sedang dalam keadaan tidak-"

"Tidak sadar?" Potong polisi itu cepat lalu meraih sebuah buku tebal dari atas mejanya yang menurut Dara sangat berantakan. "Mungkin kamu tidak percaya karena dia adalah teman bahkan sahabatmu. Tapi yang perlu kamu ketahui, ketika orang sedang mabuk maka ia akan mengatakan sesuatu hal yang saat itu memang mendominasi di otaknya."

"Bagaimana kalau dia hanya berkata asal?"

"Biar saja jelaskan..." Kata polisi itu lalu mulai memperbaiki posisi duduknya. "Ada beberapa penjelasan ilmiah yang mengungkap misteri dibalik cara kerja otak ketika sedang terpengaruh alkohol." Mulai polisi itu menerangkan, bahkan sesekali tangannya bergerak mengikuti arah pembicaraan.

"Otak manusia itu seperti komputer dengan RAM yang kuat dan memori yang besar. Ketika alkohol masuk ke tubuh, rupanya RAM diotak jadi melemah. Otak manusia memiliki banyak saraf yang bergerak untuk melakukan hal yang berbeda-beda. Ketika mabuk, otak berhenti menggunakan saraf-saraf tersebut bahkan sipeminum mendadak menderita rabun jauh atau miopi sesaat. Singkatnya, alkohol membuat otak kita seperti komputer yang rusak."

"Adapun beberapa gejalanya yang pasti terjadi ialah si peminum lebih mudah mencurahkan isi perasaannya saat itu. Dan ketika mencurahkan perasaannya itulah seseorang akan berkata jujur. Karena alkohol memperlambat kerja bagian otak seseorang yang berpikir 'Nobody cares'."

Dewa Untuk Dara [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang