SAMPAI di rumah sakit, Dara tak perlu berkeliling mencari diruangan mana Dewa dibawa. Saat melangkahkan kaki memasuki pintu utama, sudah terlihat beberapa orang termasuk polisi berkumpul didepan pintu sambil berbicara. Ia langsung menuju kesana.
Tak peduli dengan tatapan orang-orang di dalam rumah sakit itu, Dara berlari menuju ruangan itu. Bahkan ia melewati orang-orang yang tengah berdiri didepan ruangan.
Saat jemarinya hampir membuka pintu itu, seseorang menahan tangannya duluan. Menariknya kuat, membawanya ke tempat yang lebih lapang. Tak terkejut, Dara yakin inilah kenyataan yang sebenarnya.
"Plakk!"
Memegangi pipi kanannya tertunduk, Dara tahu inilah yang akan terjadi. Siapa dirinya berani menyukai Dewa?
Mengangkat wajahnya, menatap Fara yang sudah bersedekap dengan mata meliriknya tajam. Apa yang bisa ia katakan sekarang?
"Hebat kamu yaa- baru kerja sebulan udah berani godain atasan sendiri! Kamu pikir kamu siapa hah!" Bentaknya memekik, bahkan Dara tak sempat menghindar saat perempuan itu menarik rambutnya.
Dia memang salah sudah membiarkan perasaan ini tumbuh, namun bukan berarti ia membiarkan Fara menghakiminya seperti ini. Terlebih mengatakan hal yang jelas tidak pernah dilakukannya. Menggoda Dewa!
Menarik cengkraman Fara dari rambutnya, Dara mendorong tubuh itu hingga terhuyung bahkan hampir jatuh karena high heels super tingginya. Padahal ia mendorongnya cukup pelan, hanya ingin melepaskan diri, bukan menyakiti.
"Dasar kamu nggak tahu diri! Kamu pikir hanya karena Dewa juga suka sama kamu, kalian bisa sama-sama?!" Katanya sambil kembali maju, mendekat, tersenyum sinis.
Dara menelan liur, serba salah ingin mengucapkan apa. Fara memiliki hak untuk mengatakan itu semua karena ia adiknya Dewa.
"Saya memang suka sama Dewa. Tapi bukan sebagai atasan. Dan saya sama sekali tidak pernah menggodanya." Sahut Dara pelan, menjelaskan tanpa mengada-ngada.
"Oh ya? Kamu pikir aku percaya? Bahkan waktu dengar nama kamu aja, aku udah nggak bisa bayangin gimana jadinya Dewa sama kamu! Kuno, nggak menarik sama sekali!"
"Saya ke sini bukan untuk cari masalah-"
"Kamu pikir aku bakal ngijinin kamu ketemu Dewa!? Nggak akan- bahkan mulai besok, kamu nggak usah kerja lagi. Kamu aku dipecat."
Dara menatap pias, antara marah, kesal, merasa bersalah. Ia sangat khawatir dan ingin melihat kondisi laki-laki itu sebentar saja. Bukan malah beradu mulut seperti ini dengan Fara.
"Pecat? Saya akan berhenti bekerja jika Dewa atau Pak Andara yang memerintahkannya. Bukan anda." Sahut Dara dengan suara tegas namun tetap sopan.
"Aku anak pemimpin perusahaan. Apa yang aku katakan, itu sama hal nya yang dikatakan Papa. Dan aku nggak mau perempuan model kamu menginjakkan kaki disana!"
Dara mencoba tenang, mengatur pernafasan nya senormal mungkin. Entah kenapa, baru kali ia merasa telinganya panas ketika dihina. Padahal biasanya ia tidak terpengaruh dengan hal apapun yang dikatakan orang-orang.
"Oke. Aku akan berhenti bekerja mulai besok."
"Apa kamu bilang barusan? Lupa lagi ngomong sama anak siapa?" Kata Fara tertawa sinis dan menatap rendah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dewa Untuk Dara [✔]
FanfictionDara selalu percaya pada hukum alam tentang makna pertemuan pertama, kedua, hingga ketiga dengan orang yang sama. Ia percaya, setelah itu akan ada pertemuan berlanjut hingga tidak tahu bagaimana akhirnya. Pertemuannya dengan Dewa, Pimred tampan dan...