22. Mengapa Merasa Bersalah?

689 83 3
                                    

KEMARIN itu bukanlah mimpi atau khayalan halu-nya, atau imajinasi yang terbentuk karena kebanyakan buku cerita romantis yang ia baca. Itu nyata, bahkan hingga pagi ini Dara masih merasakan sisa-sisa bunga berhamburan didalam hatinya, senang, rasanya ia ingin terus tersenyum setiap detik ketika tak sengaja mengingat.

Bahkan disaat matanya baru terbuka dari tidur panjang semalam, yang pertama terlintas dipikirannya adalah kejadian kemarin. Entah, hari ini Dewa masuk atau tidak. Terakhir Dara ingat, saat ia pulang diantar Pak Dan, panas tubuh laki-laki itu sudah sedikit menurun.


"Kayaknya bahagia banget pagi ini. Dari disebrang tadi, aku liat kamu sumringah, senyum-senyum sendiri." komentar Davin yang berjalan disebelahnya.

Dara menoleh, berhenti melangkah diikuti Davin. Menatap bola mata laki-laki didepannya itu dalam. Mencari sesuatu, apakah perasaan Davin padanya memang lebih dari sekedar sahabat.

"Kenapa?" tanyanya dengan wajah bingung.

"Nggak papa." sahut Dara pendek lalu segera menoleh lurus dan melangkah lagi. Mencoba mengingat bagaimana Dewa menatapnya, lalu membandingkan dengan tatapan Davin barusan.

Perlahan Dara memegang dadanya yang tak merasakan apa-apa. Jantungnya juga normal dan tidak menandakan adanya perubahan saat memompa Darah ke seluruh tubuh. Pipinya juga masih dingin sama seperti saat ia keluar kafe tadi. Sorot mata Davin tulus, tak ada yang Dara baca disana, kecuali bayangan anak laki-laki kecil dan gendut yang ia panggil anak gajah dulu.

Dara dan Davin berhenti tepat didepan gebrang. Bukannya tak ingin masuk ke dalam, tapi mereka menatap seorang perempuan cantik yang berdiri mematung disana.

 Bukannya tak ingin masuk ke dalam, tapi mereka menatap seorang perempuan cantik yang berdiri mematung disana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dara menunduk sebentar tak ingin berurusan dengan mantan tunangan Dewa. Lalu meminta satpam yang berjaga agar membuka pintu gerbangnya.

"Tunggu!" katanya menahan.

"Yaa?" sahut Davin. Dara menoleh kebelakang sebentar, melihat perempuan itu yang sepertinya memanggil Davin.

"Aku duluan yaa Dav." pamit Dara lalu langsung berlalu meninggalkan Davin yang kembali melangkah keluar, berbincang dengan perempuan bernama Irene itu.

Sampai kantor, sudah ada Bu Dewi dan beberapa pegawai lain yang datang duluan. Dara langsung duduk dimejanya dan membuka ponsel yang baru saja bergetar.

Pak Pimred.
"Hari ini aku nggak masuk. Kamu pulang dari kantor bisa mampir bentar nggak?"

Dara menarik nafas panjang lalu menghembuskannya sekaligus melalui mulut. Menimbang-nimbang permintaan Dewa yang masuk. Bagaimana? Davin juga mengajaknya ke rumah Bu Rita hari ini karena Darren menanyakannya.

Dewa Untuk Dara [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang