ADA kalanya seseorang yang dikenal rajin dan tepat waktu tak bisa mengusir jauh-jauh yang namanya malas. Hal ini terjadi pada Adara, si gadis pekerja paruh waktu.
Ayam jantan tetangga sudah meneriakinya sejak jam lima subuh tadi. Tak hanya itu, alarm yang sebelum tidur ditugasinya untuk membangunkan pun terpaksa diam karena sang pemilik menekan tombol off dibadan belakang jam.
Dara benar-benar payah. Setiap hari dia selalu seperti ini. Dan kebiasaannya ini hanya diketahui oleh Davina, sang nenek.
Satu-satunya hal yang bisa membangunkan Dara disaat seperti ini adalah aroma ramuan teh hijau bercampur melati bubuk yang dibuat Davina setiap pagi.
Aromanya yang harum akan masuk melalui celah fentilasi pintu kamar, lalu masuk kedalam dua lubang hidung Dara. Menyingkronkannya dengan otak beberapa detik, disaat itulah Dara akan sadar kalau hari sudah menjelang pagi. Dia pun segera membuka mata dan mendudukan tubuhnya.
Hufh...
Masih duduk diatas kasur mininya dengan kaki bersila. Dara mengirup dan melepaskan aroma teh yang bercampur dengan udara pagi di kamarnya. Tangannya terentang menggeliat, mata sipitnya bekerjap-kerjap mengusir kantuk.
"Selamat pagi bumi ku... Semoga hari ini ada pekerjaan lebih menarik daripada kemarin..." gumam Dara sambil tersenyum sendiri. Dia selalu melakukan ini setelah bangun tidur. Bukan tanpa sebab, Dara pernah membaca sebuah artkel, bahwa hal yang pertama kali kita lakukan dan ucapkan setelah bangun tidur akan berpengaruh di saat siang, sore, dan malam hari.
Dara sendiri sudah membuktikan pengaruhnya. Dia sudah melakukan kebiasaan ini tiga tahun terakhir, semenjak lulus SMK. Siapun yang berniat mencobanya, pasti akan menjalani hidup seperti Dara.
Pertama, Dara tersenyum. Ini adalah kekuatan yang mendorongnya untuk selalu bahagia apapun yang terjadi setelahnya. Meski dihina, diejek, Dara tak pernah merasa harus marah-marah tidak terima. Dia hanya kembali tersenyum sebisanya, menganggap ejekan itu adalah cara sang Pencipta mengajarinya apa itu sabar.
Kedua, Dara selalu mengucapkan "Selamat pagi bumi ku". Ini juga bentuk rasa syukurnya karena masih diberi kesempatan menghirup kembali udara pagi bercampur teh melati buatan neneknya. Dara selalu ingat pesan orang tuanya dulu, bahwa takdir kematian akan selalu ada disetiap hembusan nafas manusia. Dan dengan kalimat itu, Dara selalu bersyukur apapun yang diberikan bumi hari ini untuknya.
Ketiga, kalimat selanjutnya yang Dara ucapkan pada dirinya, "Semoga hari ini ada pekerjaan lebih menarik daripada kemarin". Meski kalimat ini jarang terkabul, Dara selalu mendisiplinkan dirinya agar tidak menjadi sosok yang suka mencerca keadaan. Dia selalu menganggap, hari ini jauh lebih indah dan beruntung daripada hari kemarin.
Setelah suasana bahagia dan semangat mengalir sampai ke pemikirannya. Dara mengikat rambut kecoklatannya sembarang, melepas kaos kaki dan menyentuhkan telapak kakinya ke ubin lantai. Berjalan pelan menuju pintu sambil menarik handuk kecil yang tergantung dibelakangnya, lanjut membuka pintu dan akhirnya dia berada di ruangan yang berbeda.
Sampai di dapur yang langsung bergabung dengan ruang makan, Dara mengedarkan pandangannya mencari seseorang. Rumah yang dia tinggali bersama Davina tidak besar, namun bukan berarti kecil dan sempit. Bahkan menurut Dara, ukuran rumah mereka benar-benar pas untuk ditempati dua orang.
Dulu, ketika masih sekolah dasar. Rumah Dara sangat besar dan banyak barang-barang mewah yang tertata melengkapinya. Namun semenjak kejadian naas yang merengggut nyawa kedua orang tuanya, perlahan satu persatu isi rumah harus dijual Davina untuk biaya sekolah Dara dan kehidupan mereka sehari-hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dewa Untuk Dara [✔]
Fiksi PenggemarDara selalu percaya pada hukum alam tentang makna pertemuan pertama, kedua, hingga ketiga dengan orang yang sama. Ia percaya, setelah itu akan ada pertemuan berlanjut hingga tidak tahu bagaimana akhirnya. Pertemuannya dengan Dewa, Pimred tampan dan...