20. Sebelum Berbicara

987 103 2
                                    

BANYAK yang berubah selama dua minggu ini. Penampilan, kelakuan, suasana, terkhusus hidup seorang Adara.

Bersama Davin, yang sejak minggu lalu membuatnya berubah status dari jomblo menjadi berpacaran, Dara akan tersenyum sepanjang jalan pulang dan berangkat kantor bersama kembarannya itu.

Memang benar yaa, kata orang tua dulu. Kalau jodoh itu, pasti ada aja yang miripnya sama kita. Entah raut wajah, makanan, warna, kelakuan, atau yang sekarang itu merambah soal kesamaan visi dan misi kedua pasangan ke depannya.

Dara dan Davin dari raut wajah saja sudah bak anak kembar pengantin, mata sipit dan kulit yang sama-sama cerah. Dekat sejak kecil, saling kenal dan sama-sama tahu masing-masing kepribadian. Jadi, rasanya bukanlah suatu hal yang mustahil detik ini mereka terikat virus merah jambu yang hampir menjangkiti seluruh pemuda disudut kota.

Namun bimbang tak bisa ditepis seperti menendang bola kaki sembarang arah. Jika bersama Davin ia memiliki alasan untuk tersenyum, setelah sedetik laki-laki itu menghilang Dara akan kembali diterkam ribuan rasa tidak nyaman yang membuatnya ingin berlama-lama melamun dikasur, memikirkan ulang semuanya.

Apakah semua yang terjadi ini sudah benar?

Seolah keluar dari zona nyaman, semakin hari semakin dituntut oleh diri sendiri untuk merubah yang sebelumnya Dara pertahankan mati-matian.

Dara menelan liur memandangi kaca yang mendindingi kafe dirumahnya. Berselang lima detik setelahnya, dinding kaca kafenya berubah menjadi dinding kaca di ruangan kantor Dara bekerja. Ingatannya mengulang kembali minggu sebelum Davin membuat Dara memutuskan sesuatu berdasarkan rasa tak enak hati.

 Ingatannya mengulang kembali minggu sebelum Davin membuat Dara memutuskan sesuatu berdasarkan rasa tak enak hati

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Pagi yang indah dua minggu lalu.


Seperti kemarin, pukul tujuh pagi pas Dara sudah sampai didepan gerbang kantor megah tempatnya bekerja. Jika kemarin, Pak Jali menatapnya aneh dari celah gerbang, tentu harusnya laki-laki berseragam anak SMP itu sudah membukakanya pintu untuk masuk.

Seharusnya-

Menghentakan kaki mengusir pegal yang bergelanyut mesra dipergelangan, Dara memutuskan melongok duluan. Sejak lima menit pertama, tak ada tanda-tanda ada kehidupan dibalik gerbang itu.

Sabar... Bisiknya membatin. Untuk mengusir bosan, Dara berdiri membelakangi gerbang dan memandangi jalanan yang tumben tidak terlalu ramai. Kemarin, baru keluar dari taksi, Dara sudah mendengar klakson mobil saling bersahutan. Maklum, letak kantornya yang terbilang strategis itu ada tepat didepan penyebrangan.

Sebelum telat, sebelum Davin berangkat, Dara mengeluarkan ponsel. Mumpung ingat, dia akan memberitahukan laki-laki itu kalau tidak perlu menjemput pagi ini. Namun, belum mencari kontak yang dimaksud. Satu notifikasi sudah membuat Dara lupa apa rencananya hingga nekat mengeluarkan ponsel dipinggir jalan. Saat ini, memang sedang banjir-banjirnya berita begal. Parahnya, tak hanya motor, ponsel, tas, apapun benda beharga lainnya bisa masuk dalam daftar sasaran.

Dewa Untuk Dara [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang