TIDAK semudah itu membawa Bu Della keluar dari rumah sakit untuk memberikan kesaksian yang sebenarnya kepada publik. Bahkan perawat yang berjaga dirumah sakit itu tidak mempercayai apa yang Dara dan Dewa jelaskan mengenai keadaan Bu Della. Sikapnya yang mendadak liar pada Pak Andara dan Fara ialah karena trauma kecelakaan sembilan tahun lalu masih sedikit membayang, dan kemarahannya juga berasal dari jiwanya yang merasa diasingkan oleh orang-orang yang ia harapkan melindunginya, namun malah mengasingkannya.
Setelah keluar dari rumah sakit itu, hampir setengah jam Dewa dan Dara sama-sama terdiam didalam mobil. Banyak hal terkuak yang jauh dari presepsi mereka, salah satunya tentang masa lalu yang sebenarnya sudah menyatukan mereka sejak lama. Bu Della, Yashinta mamanya Dara, dan Raline mamanya Dewa ternyata adalah tiga orang yang berteman baik sebelum kecelakaan itu. Siapa yang tidak kaget?
Bersamaan, Dara dan Dewa saling menoleh, menatap satu sama lain. Siapa sangka mereka bertemu diusia dewasa meski hubungan kedua orang tua telah terkubur cukup lama. Sungguh, begitu unik kisah Tuhan yang terkadang kita anggap biasa saja.
"Aku ingat pernah liat Pak Andara sama Bu Della dimana?" Ucap Dara lalu kembali menoleh lurus kedepan. "Mereka ada dialbum lama orang tua ku. Pantes aja aku kaya nggak asing waktu ketemu sama Pak Andara pertama kali. Ternyata mereka temen almarhum Ayah sama Mama." Celetuk Dara mengeluarkan apa yang ada di otaknya sekarang. "Yashinta itu nama mama aku. Kata orang-orang kami memang mirip, cuma mata aku kaya Ayah, sipit, kaya nenek juga. Mungkin karena udah lama nggak ketemu, dan Bu Della nggak pernah lihat dunia luar, dia pikir aku mama, temannya." Ungkap Dara lagi sambil mengusap matanya yang mendadak berair.
Dewa menepuk-nepuk pundak Dara pelan meski sebenarnya dia juga agak shok mengetahui betapa unik kisah yang berhasil mereka dapat hari ini.
"Terus sekarang gimana? Kita udah tahu hal yang sebenarnya. Istri Pak Andara masih hidup, jantung dan bola mata yang kamu pakai bukan milik mamanya Fara. Tapi milik korban lain yang juga ada dalam kecelakaan itu." Tanya Dara pada Dewa yang masih diam menatapnya, entah hal apa juga yang sedang dipikirkan laki-laki itu.
"Aku seneng tahu yang sebenarnya. Mungkin ini alasan Papa langsung kirim aku kuliah dan tinggal di Amerika. Bukan karena Papa takut aku trauma, tapi karena dia nggak mau aku tahu soal istrinya. Kamu mau nggak anterin aku ke rumah? Aku mau cek surat dari rumah sakit dulu. Aku yakin disitu ada keterangan nama orang yang sudah donorin jantung sama matanya ke aku." Kata Dewa panjang dan meminta Dara membawa mereka berdua ke rumahnya.
Dara mengangguk dan menyetujui permintaan Dewa. Sekitar semenit, mereka sudah keluar dari parkiran rumah sakit dan menyatu dengan kendaraan lain dijalan raya.
©©©©©©©©
Dewa kira Dara tidak ikut masuk karena ia sudah mengatakan kalau ruangan ini sudah lama tak ia kunjungi, bahkan belum pernah ia bersihkan sejak sembilan tahun terakhir. Sarang Laba-laba dan debu-debu yang sudah menghitam menjadikan aura di ruangan yang rapi itu seperti gudang.
Dewa membongkar beberapa koper yang tersusun, dan membuka laki-laki meja dan lemari diruangan itu. Ia benar-benar lupa dimana meletakan surat rumah sakit yang bahkan baru dilihatnya sekali saja, pasca selesai operasi.
"Ini foto Mama sama Papa kamu?" Tanya perempuan itu saat Dewa selesai meletakan kembali koper-koper itu ke tempatnya. Menoleh, Dewa tersenyum tipis melihat foto seukuran buku tulis yang sudah dilap perempuan itu bersih, hingga wajah dua orang didalamnya terlihat jelas.
"Iya. Kamu pernah lihat mama aku juga?" Tanya Dewa sambil berjalan mendekatinya.
"Agak lupa. Soalnya udah lama juga aku nggak buka albumnya." Jawab Dara tersenyum tipis, jelas sekali perempuan itu tak enak mengatakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dewa Untuk Dara [✔]
FanfictionDara selalu percaya pada hukum alam tentang makna pertemuan pertama, kedua, hingga ketiga dengan orang yang sama. Ia percaya, setelah itu akan ada pertemuan berlanjut hingga tidak tahu bagaimana akhirnya. Pertemuannya dengan Dewa, Pimred tampan dan...