49. Epilog

3.4K 138 2
                                    

19 tahun tanpa terasa berlalu.

Mereka sudah tak muda lagi. Dewa beberapa tahun lagi menginjak kepala lima, sedang Dara tahun kemarin sudah memasuki kepala empat.

19 tahun lalu, setahun setelah menikah tepatnya, mereka pergi ke New York dan tinggal disana kurang lebih empat tahun. Selama itu, Dewa berhasil membubuhkan gelar prof. didepan namanya, sedang Dara berhasil mewujudkan impiannya kuliah di Universitas yang ia dambakan hingga meraih gelar sarjana.

Setelah itu mereka kembali ke Indonesia, membangun keluarga kecil dan hidup bahagia.

"Lama banget sih kak Bayu pulangnya!"

Dara menoleh mendengar celetukan anak bungsunya.

"Sabar... Paling lima menit lagi sampai." Timpal Dara lalu kembali memeriksa beberapa laporan dari beberapa menejer yang mengurus usaha kafenya.

"Jalan tuh ma kayaknya kak Bayu sama pacarnya." Celetuk putri keduanya yang sudah pulang sekolah lima belas menit yang lalu.

"Sabar... Mall nggak kemana-mana kok." Nasihat Dara kepada dua anaknya yang sudah mulai riweh itu. Hari ini mereka memang sepakat untuk menonton salah satu film bertema keluarga di bioskop.

Pas lima menit, suara mobil terdengar memasuki pekarangan rumah. Anak bungsunya, Tio cepat berlari kedepan pintu. Entah untuk menyambut atau protes karena kakak pertamanya datang sekolah begitu lama.

"Yaahhhh..." Suara putus asa begitu kentara keluar dari mulut bocah itu.

"Kenapa yoo?" Anggia anak kedua berteriak sekaligus berjalan menyusul dengan wajah penasaran. Belum sampai putri keduanya itu menuju tempat sasaran, seseorang sudah berteriak duluan saat kepalanya melongok ke dalam.

"Papa pulang!!! Nggak ngaret kan????" Ucap Dewa yang datang dengan wajah berseri-seri karena berhasil memenuhi janji pada anak-anaknya.

Dara sendiri langsung bergegas berdiri, menyambut Dewa yang baru saja pulang dari luar kota untuk mengikuti acara pagelaran seni di Papua.

"Kok anak-anak mukanya cemberut gitu Maaa?" Tanya Dewa menyadari wajah kedua anaknya tidak sebahagia yang ia kira.

"Bayu belum pulang-pulang dari sekolah. Padahal mereka udah siap-siap dari tadi."

"Pak Andi sudah jemput kesana kan?"

"Iya. Pak Andi udah berangkat setengah jam kaya biasanya. Kayaknya Bayu ada kegiatan deh Paa..."

"Terus kita nggak jadi nonton Maa? Ih dasar nyebelin tuh orang!" Sembur Tio langsung. Rupanya putra bungsunya itu menyimak apa yang Dara perbincangkan dengan Dewa.

"Kan mama kamu bilang cuma kayaknya..." Kali ini Dewa yang menanggapi ocehan anak-anaknya. "Jangan pada ditekuk gitu dong mukanya. Bentar lagi pasti kak Bayu datang." Hibur Dewa lalu meneguk minuman yang barusan diletakkan Dara diatas meja.

Benar saja, tak beberapa lama kemudian, Bayu, anak tertua dirumah itu muncul dan masuk ke rumah dengan langkah lebar dan tergesa-gesa.

"Nungguin yaaa?" Ocehnya begitu sampai dan mencoel pipi Tio yang sudah memasang wajah sangar.

"Ya udah gih... Papa sama Bayu buruan ganti baju. Tio kalau marah kaya Avatar loo. Hancur perabotan rumah..." Celetuk Dara yang membuat Dewa dan anak pertamanya berlalu ke kamar sambil tertawa. Sedang yang dijadikan bahan pembicaraan memasang wajah tak peduli.

Setelah siap, mereka pun langsung berangkat menuju Mall yang akan dituju.
Karena ini sudah direncanakan sejak lama dan seperti acara keluarga, mereka berangkat tanpa supir. Dewa lah yang mengendarai mobil itu.

Dewa Untuk Dara [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang