37. Pak Andara Di Penjara

696 95 2
                                    

KERAMAIAN yang tidak seperti biasanya. Suara riuh, ribut, histeris, menyatu, menyumbangkan suara sumbang yang membuat orang ingin tenang sejenak harus menutup telinga.

Dara langsung menuju pintu ketika terdengar langkah seseorang tergesa-gesa menuju ke kamarnya. Saat membuka pintu, terlihat Maya baru saja mau mengetuk pintu. Jemarinya masih terlihat mengambang di udara.

"Kenapa May?" Tanya Dara duluan. Ia yakin ada yang ingin perempuan itu katakan hingga langkahnya begitu terburu-buru.

"Anu Mbak... Itu- itu diluar nenek sama- ada model terkenal yang datang ke kafe sama bapaknya. Lagi ngomong sama nenek Mbak. Banyak wartawan juga." Lapor Maya berbelit-belit karena tampak ia sangat terkejut dengan apa yang terjadi.

Dara menatap Maya bingung. Jelas, ia bingung apa yang harus ia lakukan sekarang. Jika keluar, apa juga yang akan dikatakannya. Tentu model itu marah besar karena Dara mengurus pemulangan Dewa dari rumah sakit tempat laki-laki itu dirawat.

"Tolong kamu suruh nenek masuk yaa May. Aku habis ini langsung nyusul keluar." Pesan Dara lalu langsung menutup pintu, mengganti celana seluruhnya dengan celana panjang dan melapisi baju kaos pendeknya dengan blazer agak panjang.

Menatap ponselnya sebentar, Dara menghubungi Dewa. Pagi-pagi begini, Dara dan Pak Andara membuat keributan dikediamannya. Apa kata para pengunjung dan tetangga yang menyaksikan. Sudah cukup Dara beberapa hari ini mengurung diri didalam rumah seolah mengasingkan dirinya sendiri, meski sadar ia samasekali tidak bersalah.

"Pak Andara sama Fara sekarang lagi didepan kafe aku Wa'. Ribut banget, aku nggak tahu ngomong apa kalau ketemu mereka. Ada wartawan juga." Ucap Dara tanpa berbasa-basi mengucapkan sapaan atau kalimat selamat pagi untuk pria itu.

"Pas. Aku sekarang lagi dijalan mau ke rumah kamu. Aku udah ketemu bukti siapa yang donorin jantung dan mata ke aku Raa."
Sahut Dewa dibalik ponselnya. Mendengar pengakuan Dewa, mata Dara membulat ikut senang. Itu berarti mereka sebentar lagi akan menyelesaikan masalah yang ada.

"Kamu hampirin aja Fara sama Papa. Aku ini udah dekat kok. Ingat Ra', jawab apa adanya kalau mereka emang nanya-nanyain kamu." Tambah Dewa lagi memintanya.

"Oke, aku paham. Kamu hati-hati dijalan." Pesan Dara sebelum menutup sambungan ponsel dan bergegas keluar kamar untuk melihat secara langsung bagaimana riuh suasana kafe nya sekarang.

Belum sampai ke bagian pantry kafe, langkah Dara harus berhenti karena sumber keributan itu sudah masuk ke dalam rumahnya. Terlihat Maya berupaya menahan sopan.

"Kamu itu emang nggak tahu malu banget yaa! Jelek, nggak kaya, tapi sok belagak segalanya!" Semprot Fara sambil bersedekap dengan tatapan jijik. Dara menunduk sebentar, mengambil nafas untuk tak langsung mengeluarkan kemuakannya didepan model yang sekarang menjelma menjadi penyihir kejam berwajah mengerikan itu.

Mencoba tenang, Dara mengambil nafas pelan sebelum sudut bibirnya tertarik, tersenyum tipis.

"Cari Dewa kan? Dewa nggak ada disini. Kalau nggak percaya, cari aja." Ucap Dara pendek dengan gerakan tangan mempersilahkan Fara untuk lanjut memeriksa.

"Ouh... Berasa hebat banget yaa kamu sekarang. Dapetin Dewa, terus berhasil bikin nama aku jelek di media. Kamu pikir, kamu sudah menang?" Balas perempuan itu sambil tertawa. Sesekali jemarinya yang dihias warna-warni itu menyeka anak rambut yang terjatuh diwajahnya. Menambah kesan elegan sekaligus angkuh seorang Fara.

"Emm... Menurut kamu?" Dara mengangkat kepalanya tegak, setegak harga dirinya. Jemarinya saling bertaut, memberi kesan kalau ia tidak terlalu serius menanggapi perempuan didepannya itu. "Aku pikir cantik, kaya, populer, kamu bahagia. Ternyata enggak. Aku sedih kamu bersikap kaya gini sama aku yang jelas-jelas jauh dibawah kamu Far." Tambah Dara pelan, namun ucapannya mampu membuat mata Fara berkaca-kaca tajam tak terima.

Dewa Untuk Dara [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang