An uncertain love is like a wandering star, once we avert our gaze, it will disappear
Ada Apa?: Cinta yang belum pasti itu seperti bintang yang berpetualang, sekali saja kau mengedipkan mata, dia akan menghilang.
©©©©©©©©©©
Akhirnya perempuan itu sadar!
Yaa, memang sejak awal harusnya seperti itu. Irene tidak perlu datang ke Indonesia untuk menemuinya, apalagi memohon untuk kembali bersama.
"Aku datang ke sini buat yang terakhir kalinya sebelum besok balik." Katanya pelan, datar, tak ada nada atau ekspresi apapun. Sejak tadi, Irene banyak diam, menunduk dalam.
Dewa menarik nafas panjang, berdiri, lalu mencekram pagar teras lantai duanya. Memandangi pekarangan rumahnya yang mendadak indah setelah mengingat Dara pernah melakukan hal yang sama. Dewa tersenyum, ia benar-benar tak sabar kembali menyapa gadisnya setelah seminggu tak bersua.
"Ngomong aja Ren, kalau memang ada yang mau kamu sampaikan." ucap Dewa datar tanpa berpaling ke arah kawan bicara.
Irene melangkah maju, ikut berdiri disebelahnya. "Kalau emang bukan Fara alasan kamu nolak aku. Terus siapa? Aku perhatiin kamu sering diam mikirin seseorang." tanyanya.
"Ada." Jawab Dewa pendek seraya tersenyum dan mengusap tengkuknya. Menarik nafas panjang lalu menghembusnya dengan mata terpejam.
"Pasti dia model, atau bintang film terkenal disini." katanya menebak. "Aku udah bayangin gimana orangnya. Cantik, dan pasti bukan dari kalangan orang biasa. Anak rekan bisnis papa kamu?"
"Emm..." ucap Dewa pelan. Mendadak wajahnya menghangat membayangkan sosok Dara. Setelah ini, ia akan bisa leluasa berbincang dengan perempuan itu. "Dia lebih dari itu." lanjut Dewa lalu mengusap wajahnya yang mendadak malu.
"Ouwh... atau dia itu perempuan keturunan darah biru? Aku baca-baca di Internet, di Indonesia ada keturunan darah biru yang dari lahir dihormati orang lain." tanyanya panjang.
Dewa menoleh, tertawa. Meski tidak tahu apa yang dipikirkan Irene tentang dua kata itu. Ia tertawa karena ingat dulu pernah berpikir bagaimana bisa warna darah manusia berbeda-beda.
"Maybe?" Sahut Dewa pendek. "Kamu, kalau nggak ada lagi yang diomongin-" lanjutnya tertahan sambil menoleh pada Irene. "Sorry banget, aku mau keluar soalnya. Ada urusan." Sambung Dewa sedikit tak enak.
"Oh- Oke aku balik sekarang. Mau siap-siap juga. Tiketnya pagi banget berangkat." kata Irene dengan wajah berubah pias lalu berlalu pelan.
Dewa menatap punggung perempuan itu kaku. Meski perasaanya sudah lega, ada perasaan lain yang tidak bisa ia jelaskan. Hampir dua minggu Irene di Indonesia, dan setiap kali bertemu, mereka selalu bertengkar, bahkan ia mengeluarkan kata-katanya kasar pada perempuan itu.
"Ren Tunggu!" susul Dewa yang langsung mengambil langkah lebar untuk mencapai keberadaan Irene.
Perempuan itu berdiri, menoleh, menatapnya tanpa ekspresi. "Kenapa Wa?"
"Sorry yaa, dua minggu selama kamu disini, aku nggak pernah bersikap baik." ucap Dewa tanpa sungkan.
Irene tertawa tipis sambil menatap lurus pemandangan kosong di depannya. "Aku yang salah. Harusnya aku kesini cuma minta maaf sama kamu. Bukannya ngajak balikan. Aku pantes dapet perlakuan kaya gitu dari kamu. Bahkan setelah aku pikir-pikir, semuanya belum cukup untuk nebus kesalahan aku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dewa Untuk Dara [✔]
Fiksi PenggemarDara selalu percaya pada hukum alam tentang makna pertemuan pertama, kedua, hingga ketiga dengan orang yang sama. Ia percaya, setelah itu akan ada pertemuan berlanjut hingga tidak tahu bagaimana akhirnya. Pertemuannya dengan Dewa, Pimred tampan dan...