2. Tawaran Kerja Dari Bu Rita

1.6K 141 22
                                    

Dirasa cukup menjemur dirinya, Dara menatap jam dilayar ponsel. Sudah hampir jam tujuh, itu artinya hampir sejam dia bersepeda dan menggerak-gerakan tubuhnya dibawah sinar matahari.

Dara berlalu dan mengayuh sepedanya untuk kembali ke rumah. Sebelum jam delapan, dia harus sudah siap untuk berkeliaran mencari pekerjaan paruh baya. Hal ini seperti sudah mendarah daging dalam tubuhnya. Tak ada waktu untuk bersantai atau merawat tubuhnya ke salon, Dara selalu ingat pesan Davina. Dijaman sekarang perempuan cantik itu sudah banyak, namun perempuan yang benar-benar cantik itu bisa dihitung jari.

Sekitar 200 meter lagi dari halaman kafe Davina, Dara menghentikan sepedanya tepat dibelakang sebuah mobil hitam mengkilat BMW X3 yang terparkir dipinggir jalan. Sedikit canggung, Dara pelan-pelan berjalan disebelah mobil sport yang memiliki pasar tersendiri di Indonesia itu, terutama bagi kalangan masyarakat elit.

Melihat kap mobil yang terbuka, Dara memberanikan diri menyapa bapak tua yang sudah basah kuyup mengutak atik mesin.

"Mobilnya kenapa Pak?" tanya Dara hati-hati setelah mendekat. Bukannya sok baik atau sok care, Dara hanya menjalankan prinsip hidup yang selalu dipegangnya. Menolong orang lain selagi dirinya mampu adalah kewajiban yang harus dilakukan.

"Eh mbak... Ini mobilnya tiba-tiba mati, untung aja pas dipinggir jalan." sahut laki-laki berseragam aneh itu sambil kembali mengutak-atik mesin mobil dihadapannya. Pakaian rompi yang melapisi kemeja Bapak itu tampak basah. Rasanya kurang ajar jika Dara berlalu begitu saja tanpa mencoba membantu. Menjadikan pekerjaan paruh baya sebagai jasa supir, membuat Dara terbiasa memperbaiki berbagai macam mesin mobil yang tiba-tiba mogok.

"Boleh saya coba bantu Pak?" ijin Dara pelan. Sambil mencoba melirik ke arah mesin.

Bukannya menjawab, bapak itu malah mengamati Dara. Merasa dirinya tengah diperhatikan, Dara tersenyum sambil menegur bapak itu.

"Pak? Boleh saya coba bantu?" ucap Dara yang kedua kalinya menawarkan bantuan. Waktunya tidak banyak, dia harus pulang, mandi, lalu mencari pekerjaan. "Sa-saya biasa kok perbaiki mobil yang mogok..." lanjut Dara meyakinkan Bapak itu agar memberi ijin untuknya.

Bapak itu tampak mengangguk-ngangguk. Lalu memberi isyarat agar Dara tetap ditempatnya dan jangan kemana-mana. Menoleh, Dara melihat bapak itu mengetuk kaca mobil penumpang pelan. Setelah terbuka, Dara bisa mendengar bapak itu meminta ijin pada bosnya apakah dirinya diijinkan memeriksa mesin mobil atau tidak.

Entah apa yang diucapkan oleh bos-nya, yang pasti bapak itu kembali menemui Dara dan mempersilakan. Dara langsung mengamati mesin mobil itu dan memegang beberapa kabel yang terhubung. Hidungnya juga mencium-cium bau yang dikeluarkan mesin.

"Ini tadi, waktu mau mogok dia jalannya nyendat-nyendat nggak Pak?" tanya Dara setelah tau apa yang terjadi pada mobil itu.

Bapak itu mengangguk cepat. "Iya mbak. Untungnya saya sempat bawa ke pinggir." sahutnya dengan wajah khawatir.

"Kayaknya ini gara-gara ada tumpukan endapan bahan bakar di fuel filternya deh pak..." ungkap Dara seraya menepuk kedua tanganya yang sedikit kotor. "Ini mobilnya harus didiamkan sampai 20 menit dulu pak, baru habis itu distarter ulang. Insyaallah nyala..." lanjut Dara memberikan solusinya, dia juga pernah mengalami hal yang serupa.

Bapak itu hanya mengangguk sambil tersenyum pada Dara. "Hebat... Jarang perempuan seumuran mbak bisa perbaiki mesin mobil kayak gini." pujinya lalu menyerahkan amplop putih pada Dara.

Dara langsung beringsut, menolak tegas amplop itu. "Gak usah Pak. Saya tadi cuma kebetulan lewat kok. Lagian saya nggak ngapa-ngapain..." kata Dara lalu lekas berlalu dari samping mobil. Matanya sekilas melirik ke arah kaca mobil yang terbuka. Meski tidak jelas melihat laki-laki yang sejak tadi diam itu, Dara yakin orang itu adalah bos besar yang tidak suka menginjakan kakinya disembarang tempat.

Dewa Untuk Dara [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang