13. Bad Mood

771 87 1
                                    

"PEDULI atau perhatian sih kamu tadi?" sindir Davin langsung berlalu menuju motornya.

Dara menatap sekilas laki-laki yang berbicara tanpa menatapnya itu, dari nada bicara Davin, jelas laki-laki itu tidak suka dengan tindakannya barusan. Setelah memastikan mobil atasannya itu berlalu tenang, Dara baru memasang kembali helm ditangannya. Ia sama sekali tidak berniat menjawab pertanyaan Davin. Sejak menjemputnya dimuka kafe tadi, laki-laki itu terus menodong Dara dengan pertanyaan-pertanyaan yang membuatnya moodnya hilang.

"Kamu suka kan sama Pak Dewa?" semprot Davin lagi saat Dara sudah berjalan mendekat ke arahnya. Menatap wajah ditekuk Davin sebentar, Dara menunduk mencoba tetap tenang dan tidak meledak-meledak meski dadanya sudah sesak dan panas.

"Kamu kenapa sih Dav? Emang salah kalau aku mau bantuin atasan sendiri?" sahut Dara ikutan kesal. Bahkan tanpa sadar kini tangannya tergerak melepas helm yang sudah dikenakannya. "Lagian kalau seandainya itu bukan Pak Pimred, aku pasti ngelakuin hal yang sama kok." lanjut Dara membantah mentah tudingan Davin.

Dia memang tidak menyangka kalau mobil jeep yang mendadak berhenti dimuka itu adalah Pimred. Dara tadi nekat turun dan menyusul karena tidak ada satupun pengendara yang peduli, mereka malah berlomba-lomba menyalakan klakson untuk mengusir jeep itu tanpa ingin tahu kalau-kalau pengendaranya pingsan atau mabuk.

Laki-laki itu tertawa sambil memeluk helm ditangannya. "Kamu peduli sama orang lain, tapi kamu nggak pernah peduliin aku Dar! Sebenarnya aku dimata kamu itu apa sih?" kata Davin yang tak berhenti mencecar.

Dara menghela nafas dengan sebelah tangan yang mengusap rambutnya sembarang. Tanpa menyahut dan membiarkan dirinya beradu mulut dengan Davin, Dara langsung menghentikan taksi yang kebetulan lalu didepannya.

"Aku duluan. Kamu hati-hati dijalan." ucap Dara singkat lalu langsung masuk ke dalam taksi dan berangkat. Meladeni omelan Davin hanya akan membuang waktu berangkat mereka terbuang-buang. Tanpa menoleh melihat bagaimana ekspresi laki-laki itu, Dara langsung mengambil ponsel dan menonaktivkannya. Benar tebakannya tadi malam, Davin pasti akan mempertanyakan penampilannya hari ini. Pagi tadi saat menjemputnya, jelas laki-laki itu memasang wajah bertanya-tanya tak suka.

"Kamu nggak ke kantor?" tanyanya heran saat menyambut Dara keluar dari rumah tadi pagi.

"Ini mau berangkat?" sahut Dara yang tak kalah heran mendengar pertanyaan laki-laki itu. Jelas-jelas Dara sudah rapi dengan sepatu kets dan tas yang ia pakai biasanya.

"Lipstik, maskara-"

"Aku nggak kebiasa Dav. Risih banget, nenek juga nggak suka aku pakai kaya gituan." potong Dara cepat sambil menoleh ke dalam. Tentang neneknya, Dara berbohong agar ia merasa tidak bersalah dan memiliki alasan yang tepat untuk Davin.

Setelah itu, tanpa memberi kesempatan laki-laki itu terus bertanya macam-macam, Dara langsung mengajaknya berangkat. Tapi kejadian barusan rupanya memberikan peluang untuk laki-laki itu kembali mencecarnya.

"Pacarnya yang tadi dimotor mbak?" celetuk supir taksi yang ditumpanginya. Dara yang tak siap ditanya terkesiap dan langsung mengarahkan matanya pada cermin didepan bapak itu. Tersenyum setelah tahu kalau ia pernah menumpangi taksi yang sama.

"Oh... Bapak yang waktu itu nganterin saya ke pasar kan?" sahut Dara. Bukannya sengaja mengalihkan pembicaraan, hanya saja kalimat itu yang terlintas pertama kali saat mengetahui si supir.

Dewa Untuk Dara [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang