Because only in the confusion we will find the answer
Karena hanya didalam kebingungan kita menemukan jawaban
--- Dara ---
SEPERTI orang yang sedang dikejar anjing atau hantu. Kira-kira dua hal itulah yang saat ini mengantarkan Dara pada masalah baru. Akibat dari tidak menekan tombol lift dengan benar, sekarang dia kalang kabut saat melihat nomor lift yang menyala itu akan membawanya ke lantai dua belas. Ruangan penting yang hanya bisa dinaiki pegawai sekelas pemimpin redaksi.
Dara bersandar didinding lift dengan perasaan kacau tak karuan. Jika saja lift ini seperti sepeda ontel, dia pasti akan menekan tombol liftnya lagi agar turun kembali mengembalikan dirinya ke tempat seharusnya. Menatap jam tangan dengan pandangan pias, Dara menepuk-nepuk jidatnya sendiri sebagai hukuman atas kecerobohan yang dia lakukan.
Lift berhenti, terbuka otomatis. Saat Dara ingin menekan tombol turun ke lantai tiga. Dua kepala secara bersamaan menoleh ke dalam lift, membuat Dara kaget dan mundur tak teratur. Dua orang berseragam serba hitam itu pun berdiri didepan lift menatap Dara dengan mata menggeledah.
"Maaf- silahkan keluar. Kami akan memeriksa anda." kata salah satu diantara keduanya dengan bahasa begitu formal. Dara menelan liur sambil mencekram erat big blazernya. Dara memang bukan perempuan yang penakut, dia sangat percaya diri jika hal yang dilakukannya itu benar dan tidak merugikan orang lain. Namun kali ini Dara sadar, ini salahnya yang tidak lihat-lihat saat menekan tombol.
Masih berdiri menekan dinding lift, Dara mengumpulkan energi sebelum memulai berbicara. Pikiran kacau dan jantung yang berdetak ketakutan ternyata cukup menghabiskan banyak energi yang terbuang.
"Pak- saya harus kembali ke lantai tiga. Sa-ya kesini gara-" belum selesai Dara berbicara, salah seorang dari penjaga itu masuk dan menarik lengannya keluar. Setelah keluar dari lift itu, seorangnya lagi menyalakan sebuah alat seperti penggaris pendek namun mengeluarkan cahaya. Entah apa namanya, yang pasti si penjaga mengarahkan benda itu dari atas hingga kedua kaki Dara.
"Tidak ditemukan hal-hal mencurigakan, namun perempuan ini juga tidak memiliki tanda pengenal." kata laki-laki yang barusan memeriksa Dara pada temannya yang tadi mengeluarkannya dari lift.
Mendengar itu, Dara otomatis langsung menunduk menatap tali biru yang menggantung dilehernya. Yang jadi masalah, kemana kartu namanya? Dara menoleh kedalam lift, namun tidak ada satupun barang yang tertinggal disana.
"Tapi pak. Saya juga pegawai kontrak disini. Tadi itu saya salah tekan makanya bisa sampai disini." jelas Dara negoisasi agar dua penjaga itu tidak melakukan hal-hal seperti menyandra atau menangkap dirinya.
Akh... Di situasi seperti ini, Dara masih sempat-sempatnya berkhayal yang tidak-tidak. Ini kantor resmi dan memiliki badan hukum, bukan gedung kosong sarang perampok. Dara berusaha menenangkan diri, dia yakin kedua penjaga itu hanya menjalankan tugas mereka.
"Maaf. Kami hanya menjalankan tugas. Agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dan mencurigakan. Saya mohon anda ikut kami sekarang." kata salah satunya seraya memegang lengan Dara dan mengajaknya melangkah.
"Maaf pak. Saya tidak akan kabur kemana-mana. Jadi- tolong lepaskan." kata Dara sambil berhenti melangkah dan menatap tangan yang tiga kali lebih besar dari jari-jarinya.
Tanpa menyahut, penjaga itu melepaskan genggamannya dan mempersilakan Dara berjalan duluan didepannya. Dara menghela nafas lega dan mempercepat langkahnya. Jika dirinya bisa menjelaskan apa yang terjadi dengan baik, tentu cepat juga kembali ke lantai tiga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dewa Untuk Dara [✔]
Fiksi PenggemarDara selalu percaya pada hukum alam tentang makna pertemuan pertama, kedua, hingga ketiga dengan orang yang sama. Ia percaya, setelah itu akan ada pertemuan berlanjut hingga tidak tahu bagaimana akhirnya. Pertemuannya dengan Dewa, Pimred tampan dan...