"PANGGIL aku Dewa aja-" katanya tanpa basa-basi sambil berlalu masuk sambil mendorong pundak Dara yang menatap bingung.
Hanya itu? Itukah yang semalam katanya penting? Hingga menyuruh orang berangkat ke kantor pagi-pagi tepat ditanggal merah? Lalu sekarang dengan wajah sedatar talenan menculiknya, membawanya paksa.
Dara menggedikkan bahunya lalu memutar tubuh cepat. Mendongak sedikit menatap bola mata pimred yang memang lebih tinggi belasan senti darinya.
"Pak saya mau pulang!" kata Dara dengan suara meninggi. Tidak peduli setelah itu dia akan dilempar surat pemecatan secara tidak terhormat. Pimred itu malah menatap santai lalu tersenyum tipis. Mengangguk sedikit lalu menatap langit diatasnya, Dara bisa melihat laki-laki itu tengah berpikir berat. Tiga kali lebih terlihat menelan liur.
"Oke. Silahkan... Dara." katanya dengan ekspresi masih sama, hanya saja nada bicaranya berubah ramah. Kadang Dara mengira orang dihadapannya ini tidak pernah berekspresi senang, sedih, yahh sedatar itu hidupnya.
Dara menelan liur mendengar itu. Kenapa malah dia jadi sedikit kecewa setelah Pimred itu mengijinkannya pergi saat ini? Padahal jauh sebelum masuk didalam mobil mewah yang Dara pikir menolongnya, Dara sudah menolak mentah-mentah untuk bertemu Pimred.
"Oke. Saya masuk." kata Dara akhirnya lalu berbalik badan dan melangkah pelan menaiki anak tangga yang mengarah ke lantai dua. Entah konsep apa rumah itu, dibawah tadi Dara hanya melihat kolam renang dan beberapa bangku beserta taman yang luas. Sedang jika menatap ke lantai dua dimana yang namanya rumah berada, terlihat jendela-jendela raksasa dengan horden putih yang menggantung.Dara mempercepat langkah saat menyadari betapa lebar langkah si pemilik rumah dibelakangnya."Kamu takut sama aku." tanyanya tepat ketika langkah Dara sampai dilantai dua. Menghela nafas sebelum berbalik badan dan menyahut, Dara tak mengerti dengan panik mendadak yang diterimanya semenjak bersama laki-laki itu. Bukan takut, sejak masuk SMK, Dara siap menghadapi seorang laki-laki yang berani macam-macam padanya.
"Tidak." jawab Dara masih baku lalu segera mundur setelah melihat dirinya menghalangi langkah Pimred.
"Kamu tenang aja. Disini sudah di pasang cctv dimana-mana. Aku juga gak bakal macam-macam." katanya, seperti biasa dengan wajah datar dan nada serius. Bahkan seorang detektiv pun mungkin akan sulit membedakan mana perkataan yang benar dan bohong dari mulut pria itu.
Dara hanya mengangguk lalu berjalan ke sisi pagar putih yang mengeliling teras. Tersenyum menatap betapa tidak bosan berdiri disini berjam-jam, pemandangan dibawahnya ternyata jauh lebih indah dari yang Dara lihat tadi. Sepertinya dia akan menyesal seumur hidup jika tidak menerima ajakan pimred untuk singgah sebentar ke rumahnya.
Taman yang luas, kolam renang yang bersih membiru, kolam ikan yang tampak bewarna-warni, serta pohon-pohon buah yang tidak Dara hafal namanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dewa Untuk Dara [✔]
FanficDara selalu percaya pada hukum alam tentang makna pertemuan pertama, kedua, hingga ketiga dengan orang yang sama. Ia percaya, setelah itu akan ada pertemuan berlanjut hingga tidak tahu bagaimana akhirnya. Pertemuannya dengan Dewa, Pimred tampan dan...