I love you, but I can't hurt the people I care about
Terjebak Denganmu: Aku mencintaimu, tetapi aku tidak bisa menyakiti orang yang kusayangi
--- Dara ---
BERKALI-KALI Dara menatap kalender persegi yang tergantung didinding kamarnya. Tanggal-tanggal yang telah dilewatinya selama bekerja ia beri tanda silang merah, dan ditanggal terakhir ia bekerja, Dara membulatinya dengan spidol hitam. Benar kata Davina, waktunya sudah tidak banyak, kontrak kerjanya tersisa sebulan lagi.
Berjalan sambil menenteng sepatunya keluar, Dara duduk di teras kafe seraya memasang sepatu, tak lupa memesan taksi online untuk menjemputnya. Sejak tiga hari lalu, sejak pesan itu masuk, Dara meminta Davin untuk tidak perlu lagi mengantar jemputnya, meskipun ada kata sekalian sebagai alasannya.
Sebenarnya Dara ingin sekali menanyakan hal yang ia ketahui ini pada orang yang bersangkutan, namun ia ragu karena sejak awal bertemu Davin tidak pernah mengatakan hal apapun terkait kisah asmaranya. Dan pesan yang dikirim Sinta beberapa hari lalu benar-benar mengejutkan Dara. Bagaimana bisa perempuan cantik itu memintanya untuk menjadi jembatan agar ia bisa mendapatkan seseorang. Dan sebelum itu yang tak Dara mengerti, laki-laki itu ternyata terlebih dahulu memberi sinyal pada Sinta.
Tak lama taksi yang dipesannya datang, Dara langsung berpamitan pada Davina. Tak lupa memberitahu perempuan itu kalau hari ini akan pulang larut karena ada banyak hal yang akan ia kerjakan untuk persiapan besok, ulang tahun majalah Elle.
Diperjalanan, Dara menghubungi Davin, memastikan laki-laki itu sudah berangkat atau tengah bersiap-siap.
"Dimana?" tanya Dara saat panggilannya sudah terhubung.
"Nih mau berangkat. Pasti kamu sudah dijalan kan? Ingat, tungguin didekat lampu merah." kata Davin dari balik ponsel, sedetik kemudian terdengar bunyi motor dinyalakan, laki-laki itu tidak berbohong rupanya.
"Oke. Lima menit. Kalau nggak ada aku duluan. Ini juga baru berangkat kok." ucap Dara sambil tertawa karena Davin menyebutnya kejam disana.
"Ya udah aku matiin. Bye..." tutup Dara lalu menyimpan ponselnya disaku baju.
Setelah itu, ia hanya meredam pikirannya menatap jalanan yang masih tampak lengang. Pikirannya jatuh pada seseorang yang berhasil mendekapnya tanpa ijin, dan salahnya Dara merasa seolah itu bukanlah hal yang salah dan harus dipermasalahkan.Dua kali Pimred atau Dewa melakukan hal itu padanya. Hal yang tidak pernah dilakukan pria manapun kecuali almarhum ayahnya. Dara sendiri tak mengerti, tubuhnya yang membeku, juga otaknya yang mendadak kosong, membuatnya hanya bisa diam tanpa melawan, mendorong misalnya.
"Apa kamu punya perasaan lain sama aku?"
Dara tersenyum saat pertanyaan itu membayang lagi dikepalanya, juga hatinya. Ada bahagia juga sakit yang datang saat pertanyaan itu terngiang beserta suara si penanya. Entah kapan ia bisa menjawabnya langsung, sedang untuk memikirkannya saja itu sudah membuatnya pusing tujuh keliling.
Waktu itu, saat Dewa menanyakan hal yang membuat Dara hampir kehilangan nafas, Dara tak mengerti kenapa matanya mendadak panas. Apa yang ia katakan seolah dikatakan untuk dirinya sendiri, bukan laki-laki yang bertanya. Pernyataan yang menghujam, memperingatkan dirinya sendiri. Jangan dekati dia!
Sampai dimuka gerbang, Dara tak langsung masuk. Kakinya melangkah lurus dengan kepala menunduk, dia sudah berjanji menunggu teman kecilnya itu disebrang.
Lurus dengan para pejalan kaki disebrang sana, Dara tersenyum melihat Davin yang nyengir dan melambaikan tangan ke arahnya. Senyum tipis yang terasa aneh, senyum yang membuat Dara sedetik harus memejamkan mata, lalu menghirup udara untuk mengurangi sesak didadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dewa Untuk Dara [✔]
FanfictionDara selalu percaya pada hukum alam tentang makna pertemuan pertama, kedua, hingga ketiga dengan orang yang sama. Ia percaya, setelah itu akan ada pertemuan berlanjut hingga tidak tahu bagaimana akhirnya. Pertemuannya dengan Dewa, Pimred tampan dan...