MENGUPING pembicaraan orang lain, apalagi orang tua bukanlah kebiasaan Dewa. Namun entah kenapa, rasanya ia harus mendengarkan apa yang disampaikan Andara pada Irene pagi ini.
"Pikirkan baik-baik karir mu disana. Aku beri waktu seminggu untuk memutuskannya. Kalau tidak- aku sendiri yang akan menendangmu secara paksa kembali ke negaramu. Jangan ganggu putraku lagi. Aku tahu kamu bukan perempuan murahan. Jadi bersikaplah seperti perempuan baik-baik." Kata Andara panjang, pelan dan santai, tak ada nada membentak atau marah disana. Dewa menelan liur menunggu bagaimana respon Irene. Pasalnya ketika ia datang, dua orang itu sudah mengobrol lama di ruangan pribadi Andara.
"Ha...ha...ha... Apa anak manjamu itu yang merencanakan ini semua? Apa dia datang melapor padamu, lalu menyuruhmu untuk memanggilku ke sini? Mengancamku?" sahut Irene sama santainya, bahkan perempuan itu tertawa sebelum berbicara.
Brakk!
Hampir saja Dewa melenggang masuk mendengar Andara menggeprak meja keras. Sepertinya ucapan Irene mengenai Fara membuat laki-laki itu panas. Semenit tak ada suara, Dewa ingin sekali mengintip bagaimana suasana didalam.
"Yaa! Kamu sudah melakukan kesalahan besar karena berani mencari masalah dengan putriku. Dan aku tidak akan membiarkan siapapun menyakitinya bahkan hanya berupa ucapan!" kali ini suara Andara meninggi. Dewa memejamkan mata, menegang.
"Orang tua macam apa kamu Tuan Andara." Irene terkekeh setelahnya, bentakan Andara barusan tak membuat perempuan itu takut rupanya. "Terhormat dan berkuasa- Ya...ya... Aku mengerti posisimu sekarang. Aku pikir dengan gelar panjang dibelakang namamu itu membuktikan seberapa berkualitas pemikiranmu. Kamu mengancamku karena Fara melapor aku menyakitinya? Tapi kenapa kamu dari tadi nggak nanya apa yang sudah anak semata wayangmu lakukan padaku? Hah!" sahut Irene terdengar menantang. Dewa mengusap wajah pias, ia sudah bertekad akan masuk jika terdengar suara benda jatuh atau apapun itu.
"Aku percaya dengan putriku, bukan perempuan sepertimu! Aku berikan waktu seminggu, setelah itu tidak ada lagi udara Indonesia yang bisa kamu hirup."
"Wow... your words really scared me Tuan Andara. Baiklah, aku setuju jika dirimu menerima syaratku ini. Kita sedikit bernegosiasi bisa kan? Aku disini tamu, aku memiliki surat perlindungan dari negaramu."
"Apa?"
"Seminggu ini, aku tidak ingin melihat putrimu muncul sedikitpun dihadapanku, bahkan meski bayangannya. Aku tahu dia akan menghalang-halangiku untuk bertemu Dewa. Bagaimana? Aku tidak mengancammu kan? Tuan?"
"Baiklah. Sekarang silahkan keluar dan waktu seminggumu dimulai dari detik ini."
"Oke." Sahut Irene. Saat langkah perempuan itu terdengar melangkah untuk keluar ruangan, Dewa langsung masuk ke toilet. Setelah ini ia akan berpura-pura baru datang dan menemui Andara. Ia juga harus pura-pura tidak tahu kalau sudah mengikuti Irene hingga ruangan ayahnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dewa Untuk Dara [✔]
FanfictionDara selalu percaya pada hukum alam tentang makna pertemuan pertama, kedua, hingga ketiga dengan orang yang sama. Ia percaya, setelah itu akan ada pertemuan berlanjut hingga tidak tahu bagaimana akhirnya. Pertemuannya dengan Dewa, Pimred tampan dan...