53. Terungkap

3 1 0
                                    

5 hari telah berlalu kini tiba saatnya SMA NEGERI 5 JAKARTA mengadakan ulangan semester.
Semua siswa tampak tenang duduk di kelas sembari menunggu soal ulangan yang akan di kerjakan.

"Bantu gue yah Lang" seru Zaenal di belakang Gilang.

Gilang tampak acuh mendengar Zaenal.

"Lo kenapa sih Lang tiba-tiba mendadak dingin? Lo kurang asupan cahaya matahari?" tanya Zaenal

"Atau jangan-jangan lo masih marah karena gue ngk mau batalin tantangan itu? Tenang Lang waktu di kafe gue cuma bercanda, gue udah batalin tantangan itu" sambung Zaenal, Gilang tetap mendengarkan perkataan Zaenal namun Gilang tidak mengindahkan. Dia tetap acuh.

"Lo waras ngk sih lang? Gue ngomong dari tadi lo ngk nyaut?"

"Mending lo diam, pengawas udah datang." ucap Wawan di sebelah Gilang. Dan perkataan Wawan membuat Zaenal membeku ditempatnya tiba-tiba. Dia mengutuk otaknya sendiri karena tidak pintar dalam menjawab soal.

Kelas terlihat tenang dan hening, semua siswa nampak serius mengerjakan soal. Sedangkan, Zaenal mengacak rambutnya frustasi. Soal di depannya seakan-akan mengajaknya bertengkar dan meremehkan Zaenal.

"Sial otak gue kenapa ngk kompromi sih ngerjain soal matematika yang susahnya minta ampun! "

Gilang nampak tenang mengerjakan soal, sesekali, ia merasa terganggu jika Zaenal mengoceh. Setelah beberapa menit, Gilang pun sudah selesai dengan ulangannya jangan lupa dia menyalin jawabannya di kertas kosong.

"Hmm" Gilang langsung berbalik dan menyerahkan kertas yang berisi jawaban ke meja Zaenal.

"Apa? "

Gilang tidak membalas, dia langsung maju kedepan dan menyerahkan kertas ulangannya kepada pengawas.

Zaenal memperhatikan kertas yang diberikan Gilang kepadanya. Perlahan bibirnya melengkung ke atas. Tanpa menunggu waktu lagi, Zaenal langsung menyalin jawaban tersebut ke kertas ulangannya.

5 menit sudah cukup untuknya menyalin semua jawaban-jawaban itu.

"Lo mau contekan gak? " tanya Zaenal berbisik di belakang Wawan.

"Ngk! Gue ngk kayak lo mendapat nilai Bagus karena hasil contekan"

"Yaudah klu lo ngk mau, gue keluar dulu. Selamat ngerjain soal-soal yang penuh angka itu! "

"Hmm"

Zaenal pun menghembuskan nafas gusar, ia sebenarnya tidak ingin seperti ini. Tapi apalah daya, otaknya terlalu dibawah rata-rata. Ia hanya bisa mengandalkan Gilang saat ulangan.

Perlahan ia juga maju kedepan dan menyetor kertas ulangannya kepada pengawas. Sudah banyak siswa yang keluar kelas, termasuk dirinya.

Saat Zaenal sudah keluar kelas, ia langsung menghampiri Gilang yang sedang bersandar di tembok.

"Thanks bro, lo emang teman terbaik gue! "

"Hmm"

"Kantin yok! "

"Tunggu Wawan dulu" ucap Gilang dingin

"Oke"

"Kenapa lo? Dingin lo mengalahkan kutub Utara " ucap Zaenal lagi sedangkan Gilang memutar bola matanya malas sambil menghembuskan nafas gusar.

"Apa gue punya masalah besar yah ke Ainin? " lirih Gilang yang pastinya terdengar jelas ditelinga Zaenal

"Lo bilang apa tadi? "

"Ngkk"

"Gue kayaknya ngk salah dengar kalau lo bilang apa gue ada masalah besar yah ke Ainin? Itu kan? "

Kisah Kehidupan NisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang