3. Rencana sekolah dan ponsel baru

37 6 0
                                    

Hari-hari berlalu, masa putih biru sudah berlalu. Dan sekarang adalah bulan Ramadhan. Bulan yang disambut meriah oleh umat muslim. Bulan suci yang penuh dengan kedamaian. Dimana semua umat muslim berpuasa.

"Nak, kamu rencananya mau lanjut sekolah dimana? "Kata Yanti

"mau aku di SMA negeri yang ada di kota ini mah, aku mau cari sekolah yang unggul mah. Yang bisa mengasah otakku"

"Unggul yah? Bagaimana kalau kamu di masukkan ke dalam penjara suci" kata Yusuf

" maksud papa apa? Mau penjarakan anak sendiri. Hm. "

"Penjara suci itu adalah pesantren, papa mau kamu itu pintar dalam bidang agama sayang" ucap Yanti mengelus kepala putrinya.

Nisa yakin ada rasa kegelisahan yang tertanam dalam benak orang tuanya tapi Nisa tidak ingin perpanjang.

"Pah, mah jika aku sudah ada di pesantren siapa yang bakalan jaga mama dan papa?"

"Mama dan papa masih bisa jaga diri sayang. Mungkin malah sebaliknya tanpa papa dan mama yang jaga kamu di pesantren apa kamu sanggup atau tidak" kata Yanti

"In syaa Allah mah, pasti guru-guru di sana sama baiknya seperti mama dan papa"

sebenarnya Nisa tidak begitu yakin mampukah dia beradaptasi dengan lingkungan barunya nanti. Setiap lingkungan baru pasti ada yang berbeda dari lingkungan kita yang dulu bukan? Sesuatu yang mungkin kita tidak pernah menduganya akan terjadi. Memikirkannya saja sudah membuat Nisa bingung apalagi kalau menjalaninya. Sifat ke-SMP-an masih ada dalam dirinya. Bagaimana bisa? Nisa yang bahkan di sekolah bersama kakak kelas, seangkatan dan adek kelas bicaranya tidak sopan. Akankah dia bisa bertindak lebih sopan di sana.

Doakan semoga saja!

*****

Keesokan harinya Nisa masih menjalani puasa wajibnya tanpa sadar ada seseorang yang berjalan menuju rumahnya. Dan betapa kagetnya. Dia adalah orang yang membuat Nisa bisa bungkam seketika. Siapa lagi kalau bukan si kakak tertua, Muhammad Nurzaki.

Yah dalam keluarganya, Nisa paling takut sama kakak sulungnya. Entah sejak kecil dia takut sama kakaknya itu, baginya kakaknya itu menyeramkan. Bahkan saat bersama Zaki, 1 atau 2 katapun enggan untuk diucapkan apalagi lebih. Bagaimana tidak!!! umurnya saja dengan kakak sulungnya beda 16 tahun. Bahkan umur Nisa masih 15 tahun belum beranjak 16 tahun.

Tapi seketika, Nisa teringat akan janji kakanya, akankah kakaknya membelikannya handphone? Ntahlah. Dan saat Zaki tidak mengucapkan apa-apa kepadanya, Nisa sudah menebak bahwa kakaknya itu tidak membelikannya handphone. Nisa begitu kecewa. Hal yang dia harap-harapkan perlahan kandas. Dia menghela nafas kasar berulang-ulang, dia sangat yakin uang tabungannya lah yang jadi korban.

Berbicara pada kakaknya saja dia malas. What the....? Dia langsung naik ke rumah dan masuk ke kamar langsung baring. Nisa sadar seharusnya dia tidak perlu terlalu berharap pada kakaknya. Percuma bukan? Meminta pada kakaknya hanyalah angan-angan semata. Bagaimana bisa Zaki menepati janjinya sedangkan perlengkapannya dengan istrinya saja masih kurang. Tapi setidaknya janji tetaplah janji bukan? Bagaikan hutang yang belum di bayar, Yasudahlah.

"Nis, hmm kata mama kamu punya tabungan. Berapa emangnya? "Kata Zaki yang tiba-tiba menghampiri Nisa

"Iya ada, cuman 400rb"

"Kamu mau handphone yang seperti apa? "Kata Zaki yang membuat Nisa langsung berbinar

"Terserah handphone apa" ucap Nisa berusaha menyembunyikan kebahagiaannya

"Gini aja, kakak akan belikan handphone seperti yang di miliki Ana. Tapi lebih kecil karena punya Ana itu mahal sekali. " kata Zaki. Ana adalah kakak ipar Nisa

"Terserah kakak aja. "

"Pake uangmu yah nanti kalau kurang kakak tambah"

'Haaaa aku kira pake uangnya sendiri. Tapi yasudahlah yang penting ada.' batin Nisa

"Sebenarnya sudah 600rb karena papa tambahkan 200rb."

"Yasudah kamu ambilkan dulu uangnya, nanti aku berikan handphone-mu kalau sudah ada. Mungkin sekitar satu minggu yang akan datang"

"Iya" kata Nisa dan berjalan masuk ke kamarnya

"Nih" ucap Nisa menyodorkan uang tabungannya kepada kakaknya

"Oh iya"

Dia pun mengambil uang itu.

'Ya Allah semoga kali ini aku bisa mendapatkan handphone.' Batin Nisa

Seminggu sudah berlalu namun handphone Nisa belum datang juga. Kadang Nisa berpikir yang tidak-tidak. Apakah kakaknya benar-benar membelikannya?

Di malam hari saat Nisa ada di kamarnya. Nisa mulai memejamkan matanya namun tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamarnya. Nisa pun bangun dan membuka pintu kamarnya.

"Hmm ini handphone mu, jaga baik-baik. Oh iya aku peringatkan kepadamu, handphone mu itu hanya untuk belajar. jadi, kalau sampai kamu menggunakannya untuk hal yang tidak baik aku akan menyitanya" ucapnya dan berlalu pergi.

Kalian pasti tau dia siapa kan? Yah dia adalah kakak sulung Nisa, Zaki. Sungguh saat itu Nisa langsung bahagia tiada tanding. Lebay sekali yah? Bagaimana Nisa tidak selebay ini bayangkan jika hal yang kamu inginkan ada pada dirimu pasti senang banget kan? Tapi ada juga yang membuatnya khawatir. Khawatir kalau kakaknya menyita handphone-nya karena Nisa tidak yakin akan menggunakan handphon-nya dengan baik. Nisa kemudian memeriksa handphone-nya, mengacak-acaknya dan disitu sudah banyak aplikasi. Termasuk aplikasi internet dan lain-lainnya. Nisa bersyukur sekali kalau di handphone-nya sudah ada aplikasi facebook, whatsapp dan aplikasi internet lainnya, itu artinya dia tidak perlu mendownload aplikasi internet.

Yah! Saat handphone-nya sudah datang rasanya sulit untuk di jabarkan. Sampai-sampai Nisa tidak bisa tidur. Bagaimana tidak? Nisa belum puas untuk melihat handphone-nya dan mengacak-acaknya. Sampai saat Yanti datang ke kamarnya, Nisa langsung pura-pura tidur. Yanti sempat memperhatikan putrinya yang sedang tidur dan menyentuh handphone putrinya. Setelah itu ia menyimpannya kembali dan berlalu pergi dari kamar putrinya. Setiap anak pasti pernah pura-pura tidur saat ibunya datang ke kamarnya bukan? Bukannya aku sok tau tapi aku menyimpulkan bahwa 7 dari 10 anak Indonesia pernah melakukannya. Eitsss bukan 7 dari 10 anak Indonesia mempunyai gigi berlubang yah!

"Nisa, tidur! Gara-gara handphone-mu itu, jangan sampai kamu tidak tidur! " kata Yanti dari luar kamar Nisa.

Tentu saja Nisa terlonjat kaget mendengar perkataan ibunya. Dengan perkataan ibunya itu pasti di dengar oleh kakaknya, Zaki. Bagaimana kalau Zaki mengambil handphone-nya kembali.

'Tidak! tidak! tidak! Bagaimana mungkin mama tau kalau aku pura-pura tidur. Tapi kan jelas sekali kalau reaksiku tadi memang sedang tidur. Huftss! Arghh mungkin aku tidak pandai berpura-pura atau mungkin mama punya firasat yang sangat kuat kalau sebenarnya aku sedang berpura-pura, entahlah. Yang pasti sekarang aku harus tidur, harus! Aku enggak mau ada tanggapan negatif gara-gara handphone-ku ini. Tapi sulit bagiku untuk tidur, rasanya aku ingin terus menyentuh handphone-ku ini. Nisa no Nisa kamu harus tidur!' batin Nisa

Akhirnya Nisa menyimpan handphone-nya baik-baik di dekatnya dan mencium handphone-nya terlebih dahulu sebelum dia masuk ke alam mimpi. Cukup lebay kan Nisa ini, pakai cium benda mati segala! Dasar Nisa!

~~~~~~~

Next kuy!
⇩⇩⇩

Kisah Kehidupan NisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang