Ainin langsung mencari hotel setelah turun dari pesawat. Sedikit Ainin menghela nafas, kembali menginjakkan kota kelahirannya setelah 8 bulan berlalu. Ingatannya juga perlahan kembali, kembali ke masalalu, mengingat apa-apa yang dulu nya ia lewatkan.
Senyuman tipis tercipta di bibir mungil itu, ia sedikit menghembuskan nafas siap-siap bertemu dengan seseorang yang sangat dirindukannya.
Yah, dia ingin bertemu superhero nya yang tak lain adalah ayahnya sendiri. Ainin tidak bisa lagi menanggung kerinduannya, meskipun yang bisa ia temukan hanyalah kuburan ayahnya bukan sosok superhero itu sendiri.
Mengingat ayahnya, Ainin kembali menangis. Bagaimana mungkin ia rela ayahnya pergi? Superheronya sudah tidak ada di dunia ini dan dia belum sempat membuat ayahnya bahagia. Ainin belum sempat membuat ayahnya bangga dengan dirinya. Ainin belum sempat sarjana, sedangkan ayahnya telah memilih pergi. Bagaimana mungkin ia rela?
Tatapan Ainin menengadah ke atas, melihat langit yang sangat cerah.
"Papa bahagia sekarang kan? Papa lihat Nisa kan? Nisa rindu papa, bolehkah Nisa minta papa kembali? Meski hanya lewat mimpi." lirih Ainin penuh harap.
Ainin menghapus air matanya, ia menguatkan dirinya dan melangkah masuk untuk memesan hotel.
Gilang tak pernah berhenti memperhatikan Ainin dari jauh. Saat Ainin berhenti di depan gedung hotel, ia dapat melihat Ainin menangis dan menengadah ke atas melihat langit.
Ingatan Gilang kembali saat Ainin pertama kali datang ke sekolahnya. Saat Ainin memperkenalkan dirinya. Bukannya Ainin pindahan dari Makassar? Gilang perlahan mengerti sekarang Ainin ke sini untuk berkunjung melihat kembali kota tempat Ainin berpijak dulu, tempat Ainin sekolah dulu.
Tapi, yang membuat Gilang bingung adalah apa tujuan sebenarnya Ainin kesini?
Suara panggilan telepon berhasil membuat Gilang menghentikan langkahnya. Ia langsung merogoh ponselnya dan mengangkat telepon.
"Assalamualaikum om"
"Wa'alaikumsalam, kamu dan Ainin udah sampai?"
"Iya om, sekarang Gilang ada di depan gedung hotel, Ainin sudah masuk sepertinya ingin memesan hotel"
"Alhamdulillah, pantau Ainin terus yah, lang. Om berharap banyak sama kamu"
"Iya om"
*****
Ainin merebahkan tubuhnya di kasur, ia sangat lelah. Butuh energi banyak hingga ia bisa sampai kesini. Ainin sadar, cepat atau lambat orang tua angkatnya akan mencarinya. Untuk itu, Ainin tidak ada niatan untuk menghidupkan ponselnya.
Ainin tidak ingin Sandra dan Aditama khawatir, meski apa yang dilakukannya sudah pasti membuat mereka khawatir. Untuk saat ini, biarkan dia mengunjungi kuburan ayahnya untuk pertama kalinya.
'pertama kali'
Hal itu membuat dada Ainin kembali sesak. Rasa menyesal di dalam dirinya menyeruak ke seluruh tubuhnya. Ainin tidak tau ingin menjabarkan perasaannya bagaimana. Putri macam apa yang setelah 8 bulan kepergian ayahnya, dia tidak mengunjungi kuburan ayahnya bahkan saat ayahnya masuk ke dalam liang lahat.
Tak bisa di pungkiri, bukan hanya ia merindukan sosok superheronya tapi ia juga sangat sangat merindukan malaikat tak bersayapnya.
Ainin ingin melihat ibunya, meski hal itu mustahil. Ainin berharap ia bisa melihat ibunya meski dari kejauhan. Meski jiwa dan raganya ingin memeluk malaikat tak bersayap itu, tapi tak apa melihat ibunya dari jauh itu sudah cukup.
Ainin perlahan memejamkan matanya, ia akan istirahat 2 atau 3 jam kedepan dan mengunjungi kuburan ayahnya saat sore hari.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Kehidupan Nisa
RomanceKisah kehidupan yang sangat rumit yang harus dijalani oleh seorang gadis remaja. Hanya karena suatu kesalahpahaman membuat kehidupan gadis itu berubah. . . Oke lebih lanjutnya silahkan baca di cerita. Dan semoga disuka yah, ini cerita pertamaku. Ma...