16. memaafkan Akram

22 6 0
                                    

Setelah kepergian Fahmi, Nisa pun kembali ke asramanya untuk siap-siap shalat zhuhur.

Saat dia sampai di asramanya, Aisyah juga sudah ada disana.

"Loh? Nis, lo udah sehat?" tanya Aisyah

"Alhamdulillah Syah... Oh iya kita berengan ke masjid."

"Lo baru sembuh Nis, sebaiknya lo shalat di asrama saja," ucap Aisyah khawatir

"Nggak papa Syah, aku bisa kok ke masjid"

"Yaudah, kalau lo maunya gitu"

Mereka pun kemudian berwudhu bersama, dan bersiap-siap ke masjid.

"Nis," panggil Aisyah

"Iya? " tanya Nisa melihat Aisyah

"Itu Akram kan?" tunjuk Aisyah melihat laki-laki yang sedang berwudhu

"Iya, itu Akram terus kenapa?"

Aisyah menghela nafasnya, Nisa seolah tidak mengerti maksud Aisyah. Tujuan dia menunjuk Akram karena dia ingin Nisa melihat keadaan Akram yang sangat berantakan.

"Lo nggak sadar penampilan Akram kacau banget?"

Nisa juga melihatnya, ternyata yang dikatakan Fahmi adalah benar. Akram sangat kacau. Nisa sama sekali tidak menyadari itu padahal Akram selalu menjenguknya di rumah sakit. Mungkin karena di rumah sakit Nisa tidak peduli dengan Akram, bahkan menatap Akram saja, Nisa enggan.

Nisa sadar bahwa dia salah terhadap Akram. Seharusnya dia memaafkan Akram, bukannya sesama manusia harus saling memaafkan?

"Nis," panggil Aisyah menggoyangkan lengan Nisa

"Ehh iya? "

"Lo kenapa, sih? Gue ngomong lo ngk jawab"

"Hehehe maaf maaf"

"Nis, lebih baik lo maafin Akram, gue kasihan lihatnya," saran Aisyah

"Iya Syah aku sudah memaafkan Akram kok"

*****

Keesokan harinya Nisa berangkat ke sekolah bersama Aisyah. Mereka berjalan sambil bersenda gurau.

Saat mereka sampai di kelasnya, mereka pun langsung menuju ke kursinya dan menunggu pelajaran pertama di mulai.

"Ehhh Nis lo udah sembuh? " tanya Lily menghampiri Aisyah dan Nisa

"Alhamdulillah Li seperti yang kamu lihat"

"Syukur deh," ucap Lily

"Gue rindu banget sama lo Nis," ucap Rizal tersenyum hangat

"Hahah bisa aja kamu"

"Jangan di dengerin Nis, dia mah cuman mau modus. Kita semua juga rindu sama lo," kata Dawiah

"Yeeee, gue emang rindu sama Nisa. Gue nggak modus," cibir Rizal

"Udah, udah kalian ini. Aku juga rindu sama kalian, " ucap Nisa menengahi

Semua terlarut dalam percakapan hingga Bu Indah, guru Bahasa Indonesia masuk ke kelas.

"Assalamualaikum anak-anak"

"Wa'alaikum salam bu"

Bu Indah pun mulai mengabsen, dan memulai pembelajaran.

*****

Setelah dua mata pelajaran berlalu, kini saatnya waktu istirahat. Semua santri berhamburan keluar kecuali Nisa dan Aisyah yang masih Setia di kelasnya.

"Nis, ayo ke kantin," ajak Aisyah

"Kamu duluan aja yah. Aku mau menyalin catatan dan tugas dulu"

Selama seminggu sakit dan tidak hadir ke sekolah membuat Nisa kewalahan, tugas dan catatan menumpuk. Membuat dia harus menyalin catatan dan tugas Aisyah.

"Menyalinnya nanti saja Nis"

"Nggak bisa Syah, aku tidak ingin menunda lagi. Ini sudah terlalu banyak. Setidaknya jika aku menyalinnya sekarang, aku tidak akan sampai begadang nanti malam"

"Yaudah deh gue duluan, yah. Lo mau nitip apa? "

"Nggak usah deh Syah, takut ngerepotin," ujar Nisa tidak enak

"Haha, sama sahabat sendiri nggak usah merasa nggak enak gitu Nis."

"Iya, iya. Tapi, nggak usah yah, kalau nanti aku sempat, nanti aku nyusul ke kantin"

"Yaudah kalau gitu," ucap Aisyah berlalu pergi

Saat Aisyah di depan pintu, tiba-tiba Akram menghampirinya.

"Nisa ada didalam?" tanya Akram

"Iya"

"Kenapa Nisa nggak ikut sama lo?"

"Katanya mau menyalin dulu"

Akram hanya mengangguk dan berjalan masuk ke kelas Nisa.

"Hmmm"

Suara deheman membuat Nisa mendongak. Nisa terkejut dengan kedatangan Akram yang tiba-tiba.

"Makan," ucap Akram menyodorkan makanan

Nisa hanya diam, tidak berniat untuk mengambil makanan dari Akram dan tidak berniat menjawab perkataan Akram. Bukannya Nisa masih tidak peduli tapi jujur Nisa gugup.

Melihat Nisa tidak bergerak sama sekali, Akram pun langsung menutup buku Nisa tanpa mempedulikan Nisa yang diam memperhatikannya.

"Lo mau sakit nggak makan?" tanya Akram lembut dan duduk di kursi samping meja Nisa.

Nisa tetap diam dan menundukkan kepalanya. Akram menghela nafasnya gusar. Sepertinya Nisa benar-benar tidak ingin memaafkan nya.

"Maaf," lirih Akram perlahan matanya mulai berkaca-kaca.

Akram sangat tidak bisa jika Nisa marah kepadanya dan mencuekinya seperti ini. Akram sangat ingin melakukan apapun untuk mendapatkan maaf dari Nisa. Apapun itu! Karena hanya itu yang ia butuhkan saat ini.

Nisa mendongakkan kepalanya melihat Akram yang berada di sampingnya. Nisa terkejut saat melihat Akram menangis, baru kali ini dia melihat Akram menangis karena dirinya.

"Yasudah kalau lo masih marah sama gue, nggak papa. Tapi makanannya di makan, yah. Jangan sampai lo sakit lagi. Gue khawatir kalau lo sakit. Gue takut kehilangan lo. Gue pergi dulu, yah." ucap Akram kemudian berdiri dan melangkah keluar dari kelas Nisa.

Saat menyadari Akram yang hampir keluar dari kelasnya, Nisa pun langsung berjalan ke arah Akram.

"Aku maafin"

Hati Akram tiba-tiba menghangat, dia sangat bahagia karena Nisa sudah memaafkannya. Perlahan mulutnya melengkung ke atas dan menghapus jejak air matanya kemudian berbalik ke belakang.

"Gue nggak salah dengar, kan?" ucap Akram memastikan

"Nggak Ram, aku sudah maafin kamu kok dari kemarin."

Akram sangat ingin memeluk Nisa saat ini. Dia sangat bahagia, tapi niatnya ia urungkan. Dia hanya tersenyum hangat kepada Nisa.

"Yasudah lo kembali ke kursi dan makan makanan lo. Gue ke kelas dulu," ucap Akram Kemudian berbalik dan melanjutkan langkahnya. Namun, suara Nisa membuat langkahnya kembali terhenti dan membalikkan badannya setelah mendengar Nisa.

"Ram maafin aku juga. Gara-gara aku, kamu seperti ini. Gara-gara aku, kamu tambah kurus."

"Nggak papa, lo nggak salah. Anggap aja itu hukuman untuk gue karena membuat bidadari marah"

Apa Akram sedang menggodanya atau sekedar menenangkan Nisa? Tapi apapun itu alasannya, Akram berhasil membuat Nisa salah tingkah.

"Kamu kembali ke kelas sanaa!! Aku mau makan dan nggak mau di ganggu," usir Nisa berjalan ke kursinya dan menyembunyikan wajahnya yang sudah pasti merona.

"Hahah iya, iya. Kalau nanti gue udah ke kelas, lo jangan senyum-senyum sendiri yah," ucap Akram melangkah lebih cepat meninggalkan kelas Nisa

'Ihhhh nyebelin" batin Nisa dan senyuman terukir di bibirnya.

Kisah Kehidupan NisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang