25. Ikut olimpic?

10 4 0
                                    

Guru mapel Kimia tiba-tiba memasuki ruangan kelas XI MIA1.

Semua santri XI MIA1 heran dengan kedatangan Pak Baha. Bagaimana mereka tidak heran? Hari ini tidak ada mapel kimia, tapi pak Baha masuk ke dalam kelas mereka.

"Assalamualaikum anak-anak."

"Wa'alaikum salam pak."

"Bapak minta maaf karena kedatangan bapak kesini secara tiba-tiba. Kedatangan bapak adalah ingin menyampaikan bahwa sebentar lagi akan ada lomba KSN( kompetensi sains nasional) tingkat kabupaten. Untuk itu kita harus memilih santri yang bisa ikut dalam lomba ini. Bapak memilih Nisa untuk mengikuti lomba kimia berhubung karena nilainya juga yang paling tinggi dan untuk mata pelajaran yang lainnya akan di sampaikan dari guru yang bersangkutan."

Semua santri bersorak mendengar pak Baha. Semua menyemangati Nisa dan memberi Nisa tepuk tangan.

"Semangat Nisa"

"Lo pasti bisa"

"Gue yakin lo bisa, Nis"

"Banggain sekolah kita, Nis"

"Lo yang terbaik Nisa"

"Gue bakalan dukun lo, Nisa"

Semua menyemangati Nisa dan Nisa hanya bisa tersenyum menanggapinya.

"Cuihhh," Aisyah memandang sinis Nisa. Baginya kompetisi ini tidak harus di bangga-banggain. Baru juga tingkat kabupaten.

"Udah anak-anak, untuk Nisa belakangan ini kamu harus belajar dengan giat. Banggain sekolah kita. Bapak akan selalu membimbing kamu."

"In syaa Allah pak, terima kasih telah memberikan saya kepercayaan ini pak."

"Sama-sama. Mungkin ke depannya banyak pelajaran yang tidak kamu ikuti. Kamu harus fokus dengan lomba ini. Mulai besok jam pertama kamu ke ruangan bapak."

"Baik pak."

"Yasudah hanya itu yang bapak sampaikan. Assalamualaikum," pamit Pak Baha

"Wa'alaikumsalam pak," ucap semua santri

*****

Keesokan harinya, Nisa sudah siap ke ruangan pak Baha. Dia melewati koridor madrasahnya. Buku yang dia bawa sangat banyak, hingga dia kewalahan untuk menyeimbangkan buku itu.

"Ehhhh ehhhh jangan jatuh" ucap Nisa berusaha menyeimbangkan buku yang di bawanya. Tapi....

Brukk

Namun apa yang terjadi? Buku yang dibawanya jatuh semua ke lantai.

"Astagfirullah.." Nisa pun mulai memunguti satu persatu buku itu.

Dari arah belakangnya, seseorang berjalan ke arahnya.

"Kalau bawa buku sedikit-sedikit. Jatuh kan?" ucap orang itu membantu Nisa. "Gue bantu bawain lo."

Nisa mendongak dan mendapati Akram yang sedang membantunya.

"Kan aku udah bilang jauhi aku, Ram. Kenapa kamu malah deketin aku? Ngikutin lagi!" ucap Nisa dengan kesal sedangkan Akram menahan senyumannya

"Gue sudah berusaha jauhi lo, Nisa.
Gue nggak ada niat untuk dekati lo. Dan gue sama sekali nggak ikutin lo. Kebetulan gue ingin ke ruangan bu Lisah. Jadi, kita searah," ucap Akram

Nisa tersenyum masam. Kenapa dia terlalu pd? Malu kan jadinya?

"Hmm makasih tapi aku bisa sendiri," ucap Nisa acuh

"Emang bisa?" tanya Akram tidak yakin.

"Bisa kok," ucap Nisa mengambil buku yang ada di tangan Akram. Tanpa sengaja, tangan mereka bersentuhan.

"Astagfirullah," ucap Nisa

"Maaf aku tidak sengaja. Letakkan bukunya biar aku bisa mengambilnya," Ucap Nisa namun mendapat gelengan dari Akram.

"Gue bantuin lo, lo bawa yang ada di tangan lo. Gue yang bawa di tangan gue."

"Yaudah kalau kamu maksa," kata Nisa kemudian berdiri dan berjalan meninggalkan Akram.

'Ohh jantung... Kenapa kamu begini sih? Kan aku udah bilang jauhi dia? Ini dosa!! Please jantung... YA Allah maafkan hamba.' Batin Nisa dalam hati

'Kamu tidak berubah Nisa. Kamu tetap sama'  batin Akram

Akram pun mengikuti Nisa dari belakang.

"Assalamualaikum."

"Wa'alaikum salam, ohh kamu sudah datang Nisa?"

Nisa tersenyum

"Iya pak."

Nisa pun mulai belajar dengan tekun dan menanyakan apa yang tidak ia ketahui kepada pak Baha.

*****

Sebulan kemudian.....

Santri yang terpilih mengikuti olimpiade sudah siap untuk berangkat. Mulai dari Nisa yang mengikuti olimpiade kimia, Akram yang mengikuti olimpiade sosiologi, Aisyah yang mengikuti olimpiade biologi dan santri lainnya yang mengikuti olimpiade juga.

"Semoga olimpiade nanti lancar yah, Syah! Belum lomba aja aku udah deg-degan gini. Astagaaa!" seru Nisa

"Hmm biasa aja kali," ucap Aisyah dengan nada juteknya meninggalkan Nisa.

"Huftsss sudah 2 bulan berlalu tapi kamu masih membenciku. Segitu parahnya kah kebohonganku hingga aku tidak bisa mendapatkan maafmu?" gumam Nisa memandang sendu punggung Aisyah

"Baik anak-anak, mobil sudah siap saatnya untuk berangkat. Sebelum itu, mari kita membaca doa agar saat mengerjakan soal nanti kalian bisa lancar dalam mengerjakannya," ucap salah satu guru yang akan membimbing santri olimpiade.

"Doa dimulai," lanjut guru itu.

Santri pun mulai membaca doa. Setelah itu, mereka berangkat bersama dengan bermodalkan doa dan kesiapan lahir dan batin.

Kisah Kehidupan NisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang