24. Jaili Lili

14 5 0
                                    

Nisa bangun di sepertiga malam, dia melihat jam yang berada di kamar asramanya menunjukkan jam 2.30. Rasa kantuk masih menyelimutinya, seakan-akan mengundang untuk membawanya tidur kembali di kasur empuknya.

Tapi, ia tetap memilih untuk bangun dari kasurnya dan melangkah menuju kamar mandi.

"Hoammm."

Berulang kali Nisa menguap, berusaha menahan rasa kantuknya.

"Astagfirullah," seketika Nisa sadar bahwa menguap itu adalah salah satu yang sangat disukai oleh setan. Oleh karena itu, Nisa beristighfar beberapa kali dan menahan untuk tidak menguap lagi.

Air yang dingin menyentuh wajah Nisa. Nisa membasuh mukanya dan mengambil sikat giginya.

Yah, benar kata orang-orang jika kamu mengantuk maka basuhlah wajahmu dengan air dingin maka rasa kantukmu akan hilang.

Nisa pun mengambil air wudhu setelah menggosok gigi.

Setelah berwudhu Nisa pun beralih membuka pintu kamar mandinya dan berjalan menuju lemari bajunya.

Ia mengambil mukenah yang ada di dalam lemarinya. Dan mulai memakainya.

Nisa menoleh dan mendapati Lili yang masih tertidur pulas. Perlahan Nisa mendekat dan membangunkan Lili.

"Li, bangun Li. Ayo kita shalat sama-sama. Lily." Nisa menggoyangkan lengan Lili, namun si empunya hanya mengerang kecil.

Otak kecilnya mulai berpikir jail. Ia pun tersenyum dan mendekat ke arah Lili dan membisikkan sesuatu kepada Lili.

"Li, astagfirullah Li. Orang tua kamu ada di depan asrama. Aku tidak tau Li kenapa mereka ada disini. Bangun Li, samperin mereka"

Yah seperti perkiraannya Lili langsung bangun.

"Kok bisa mama dan papa gue ada di depan?!" kaget Lili yang pastinya kesadarannya belum pulih.

Nisa yang melihat tingkah Lili tertawa.

"Kok lo tertawa, sih?" tanya Lili dengan tampang polosnya

Lagi-lagi Nisa tertawa.

"Astagfirullah Li, kamu imut banget sih? Hahaha"

Lili mengerutkan dahinya heran.

"Hahah kamu ke kamar mandi sana! Basuh tuh muka baru berwudhu."

Lili mendengarkan perkataan Nisa dan melangkah menuju kamar mandi.

Sedangkan Nisa memilih mengambil al-qur'annya sambil menunggu Lili.

10 menit kemudian...

Lili kembali dengan wajah yang terlihat segar. Sangat berbanding terbalik saat Lili baru bangun.

"Mama dan papa gue kok bisa ada di luar, Nis?" tanya Lily sedangkan Nisa kembali tertawa. Sampai sekarang pun Lili hanya memikirkan itu.

"Nanti aja aku cerita. Ayo kita shalat dulu."

Lili mengangguk, mereka pun mulai shalat sepertiga malam( tahajjud) dengan khusyuk.

5 menit kemudian...

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh," ucap Nisa menoleh ke arah kanan kemudian kembali mengucapkan salam saat menoleh ke arah kiri begitu pun dengan yang di lakukan Lily.

"Astagfirullahaladzim, astagfirullahaladzim, astagfirullahaladzim." berulang kali Nisa dan Lili beristighfar.

Setelah itu mereka pun mulai berdoa.

"Aamiin yaa Rabbal 'alamiin."

Setelah bersalaman, Lili langsung menanyakan prihal tentang orang tuanya. Ia masih heran kenapa orang tuanya ada luar asramanya.

"Nis, kok orang tua gue ada di luar?" tanya Lily.

"Hhh aku hanya bercanda, Li. Afwan," ucap Nisa mengatupkan tangannya di depan dada.

"Maksud lo?"

"Sebenarnya aku bangunin kamu, tapi kamu nggak bangun-bangun. Jadi, aku kepikiran untuk jaili kamu. Afwan," Ucap Nisa

"Jadi, ortu gue ngk ada?" ucap Lili dan mendapatkan anggukan dari Nisa.

"Dasar kamu! Rasain ini," ucap Lili menyeringai kemudian menggelitik Nisa.

"Udah Li, udahh hhhhhh Li udahh hhhh... Perut aku sakit... Hhhhh."

"Makanya jangan jaili orang yang lagi tidur."

"Hhhh i-iya iya hhh udah dong Li hhhh"

Lily pun menghentikan aksinya, ia sudah merasa kasihan melihat wajah Nisa yang sudah merasa tersiksa.

Setelah itu mereka tertawa bersama.

"Ahh Li, aku mau menghapal dulu yah!"

" iya gue juga mau menghapal kok"

Mereka pun membuka Al-qur'annya bersamaan.

Kisah Kehidupan NisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang