27. problem

14 4 0
                                    

Nisa dan Lili sedang duduk di perpustakaan. Mereka sedang membaca buku.

Seseorang masuk ke dalam perpus dan mengucapkan salam membuat Nisa dan Lily berhenti membaca kemudian menjawab salam itu.

"Assalamualaikum kak."

"Wa'alaikumsalam." ucap Lili dan Nisa

"Ada perlu apa yah dek?" tanya Nisa

"Mmm ini kak... Mmm anuuu."

"Bicaranya yang jelas dek" ucap Lily

"Mmm anu kak..."

"Nis, gue ke toilet dulu," ucap Lili dan mendapat anggukan dari Nisa.

Setelah kepergian Lili. Nisa pun kembali angkat bicara.

"Sini deh, duduk sama aku. Nggak usah tegang gitu, aku nggak bakalan makan kamu kok," kata Nisa menepuk kursi di sebelahnya.

Adik kelas itu pun duduk disamping Nisa.

"Sekarang kamu ngomong, ada perlu apa?"

"Mmm anu kak... Gini, tadi bu Meli suruh aku untuk kasi tau kakak kalau nanti pulang sekolah kakak ke gedung madrasah untuk mengambil sapu disana," jelas adik kelas itu.

"Sapu???" tanya Nisa sambil mengerutkan keningnya bingung.

"I-iya kak."

Nisa bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Kenapa bu Meli menyuruhnya ke gudang hanya untuk mengambil sapu setelah pulang sekolah?

"Kamu nggak bohong kan?" tanya Nisa

"Enghhh enggak kak. Benaran. Kalau kak Nisa nggak percaya tanya aja bu Meli."

"Yaudah aku percaya. Masih ada yang perlu kamu bicarakan?" tanya Nisa lagi.

"Ngak ada kak."

"Yasudah, kamu boleh kembali ke kelas kamu."

Adik kelas itu kemudian pamit kepada Nisa dan keluar dari perpustakaan.

Tidak lama kemudian, Lili kembali dari toilet.

"Adik kelas tadi ngomong apa sama lo, Nis?"

"Bukan apa-apa kok, Li."

Lily mengangguk sekilas, "Oh gitu."

*****

Sepulang sekolah, Nisa pun langsung ke gudang sesuai dengan apa yang di katakan adik kelasnya tadi. Namun, tanpa ia sadari seseorang berjalan di belakangnya.

"Kok aku masih bingung yah. Masa iya bu Meli suruh aku ke gudang hanya untuk mengambil sapu. Ahh yasudahlah!"

Saat sampai didepan gudang, tanpa menunggu lama Nisa pun langsung masuk kedalam gudang itu.

Setelah melihat Nisa sudah masuk kedalam gudang, orang itu pun langsung melancarkan aksinya dengan mengunci pintu gudang itu dan segera pergi.

"Heiii siapa diluar? Kenapa pintunya dikunci? Buka! Buka!" teriak Nisa.

Akram yang mendengar teriakan seseorang kemudian pergi untuk melihat orang itu.

"Nisa? Itu lo, kan?"

Mendengar itu Nisa pun kemudian berbalik kebelakang.

"Akram?"

"Kok kamu/lo ada disini?" tanya mereka bersamaan.

"Ada seseorang yang nyuruh gue kesini," ucap Akram

"Aku juga"

"Sepertinya kita dijebak," tebak Akram yang membuat Nisa langsung melotot melihatnya

"I... Ini nggak mungkin, nggak mungkin kita dijebak. kamu bohongkan?" ucap Nisa tidak terima dan langsung kembali berusaha membuka pintu gudang itu namun nihil. Nisa kemudian langsung terduduk lemas dan berakhir menangis.

Akram yang melihat Nisa menangis, merasa sedih. Ia ingin memeluk Nisa, menenangkan gadis itu namun ia sadar bahwa itu tidak mungkin. Dia perlu menjaga jarak.

"Sudahlah Nisa bagaimanapun kita berusaha, pintu ini tidak akan bisa terbuka."

"Maksud kamu apa huh?! Kita pasti bisa membukanya. Pasti! Aku harus mencari sesuatu untuk membukanya"

Nisa kembali berdiri dan mencari benda yang bisa membantunya. Akram hanya diam ditempatnya memperhatikan Nisa mencari sesuatu.

Nisa sudah pasrah mencari sampai berjam-jam. Berkali-kali ia lelah, namun ia berusaha lagi. Dan pada akhirnya ia sudah lemah dan pasrah akan apa yang terjadi besok.

"Ram kita harus bagaimana? Aku tidak ingin difitnah. Ram.... " ucap Nisa lirih kemudian tertidur.

'Lo gadis yang tegar, Nis. Lo terus berjuang walau itu mustahil. Lo beri gue pelajaran untuk memperjuangkan sesuatu yang mustahil untuk terjadi. Untuk mendapatkan sesuatu yang di inginkan, perlu harus ada perjuangan. Gue akan perjuangkan lo. Suatu saat gue akan mendapatkan lo. Itu janji gue' batin Akram

Suara petir membangunkan Nisa di tengah malam. Kesadarannya sudah kembali. Nisa takut mendengar suara petir itu, dia pun menggelamkan wajahnya dilengannya dan perlahan dia menangis.

Suara petir itu makin lama, makin terdengar keras membuat tangisan Nisa semakin menjadi. Akram yang masih tertidur seketika itu terjaga karena mendengar tangisan Nisa.

"Lo kenapa, Nis?" tanya Akram mendekat

"A-aku takut Ram. Hiks... hiks.."

'Ya Allah maafkan aku jika yang kulakukan ini adalah suatu kesalahan. Semoga Engkau mengerti, bahwa ini hanya keterpaksaan' batin Akram kemudian memeluk Nisa

"Huss.. Jangan menangis, gue ada disini bersama lo. Sekarang lo tidur lagi, yah," ucap Akram menenangkan Nisa.

Nisa pun membalas pelukan Akram dengan sangat erat menenggelamkan wajahnya didada bidang milik Akram, mencoba untuk menghilangkan rasa takutnya. Pikirannya sekarang sedang kacau, hingga tidak terpikirkan olehnya bahwa yang dia lakukan adalah suatu kesalahan. Perlahan matanya pun tertutup dan kembali ke alam bawah sadarnya.

Kisah Kehidupan NisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang